Mohon tunggu...
Leo Kusima
Leo Kusima Mohon Tunggu... profesional -

Tidak lulus SMA karena sekolah disegel rejim suharto. berkecimpung di bidang transportasi (sistim transportasi) Jembatan/Jalan Layang khusus untuk motor dan sepeda

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Acara Nangkring bersama PU 29 April 2014

21 Mei 2014   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pemerhati sistim lalulintas, tentu kegiatan diskusi yang berhubungan dengan lalulintas , termasuk masalah pembuatan jalan juga menjadi perhatian saya.

Kompasiana telah mengadakan sebuah acara Nangkring dengan PU pada 29 April 2014, dan para peserta mendapat ilmu dan masukan dari pertemuan tersebut.

Ternyata PU membawahi 3 Direktorat Jenderal utama,  Air, Bina Marga dan Cipta Karya.  Karena saya konsentrasi di masalah lalulintas, dan ternyata sorotan para Kompasiana juga terutama konsentrasi dibidang Jalan/lalulintas.

Mendapat penjelasan pak Sekjen, bahwa banyak jalan negara dibuat dengan standard tekanan gandar 8 ton, padahal truk yang lewat semuanya “over dosis”, bila beban truk melebihi 1 kali lipat, maka daya rusak terhadap jalan adalah seakan akan dilewati 16 truk dengan tekanan gandar 8 ton.  Jika jalan ini didesign untuk dilewati 1,000,000 truk dengan tekanan gandar 8 ton, maka nyawa dari jalan ini bearti hanya bisa dilewati 66,000 truk dengan tekanan gandar 16 ton.  Jika dilewati kendaraan dengan tekanan gandar 24 ton, maka daya rusaknya seakan-akan dilewati 81 truck dengann tekanan gandar 8 ton.  Jalan hanya tahan dilewati 12,500 truk dengan tekanan gandar 24 ton.  Inilah penyebab mengenai mengapa Pantura setiap tahun harus diperbaiki.

Jalan Tol didesain dengan tekanan gandar 10 ton, tapi kalau tetap dilewati oleh truck dengan tekanan melebihi standard desainnya, maka Jalan Tol tetap akan cepat rusak.  Untuk melindungi jalan kita awet, memang kita harus tekad menekan “over dosisnya” angkutan truk.

Dalam sesi tanya jawab, dalam kesempatan ini saya menanyakan rencana pak Menteri membangun jalan tol untuk motor, serta surat yang diajukan oleh saya setahun yang lalu mengenai pembangunan jalan Tol untuk motor, belum mendapat jawaban resmi. (surat berisikan perkenalan kami selaku pemegang hak patent atas penemuan “jalan layang bebas hambatan khusus kendaraan ringan beroda kurang dari empat”)

Beliau menjawab bahwa memang menteri PU sudah putuskan untuk membangun jalan Tol untuk motor, tapi beliau belum membaca surat yang saya kirim 14 bulan yang lalu (karena saya tujukan ke pak Menteri).

Ada kompasianer juga mengingatkan jangan konsentrasi membuat/memperbaiki jalan di Jawa saja.  Saya juga setuju pendapatnya, karena peribahasa Tiongkok Kuno bilang, jika satu negara mau makmur, bikinlah jalan yang cukup.  Luar Jawa akan sulit maju jika tidak ada fasilitas jalan yang memadai, hasil dari pulau itu sulit dikirim keluar, sehingga rakyat sulit menjadi makmur.

Ada kompasianer yang memperhatikan masalah lingkungan hidup melaporkan banyakj penduduk mencuci limbah di Kalimalang, padahal Kalimalang adalah sumber air untuk PDAM Jakarta, dan pak Sekjen akan memperhatikan dan mengecek masalah ini.

Saya acara Nangkring demikian sangat bermanfaat bagi rakyat menyampaikan keluhan dan pendapat yang langsung dapat didengar dan ditindak oleh pak Sekjen, mudah-mudahan dapat diadakan rutin oleh Kompasiana.

Note:

Setelah acara Nangkring, saya kirim arsip surat yang saya ajukan ke pak Menteri, dan langsung diproses, saya dipanggil oleh Sub Direktorat Teknik Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Perkotaan, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum mempresentasikan masalah Jalan Tol untuk motor pada tanggal 19 Mei 2014.  Mudah-mudahan rakyat Indonesia bisa menikmati jalan Tol khusus motor dan sepeda (listrik).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun