melihat debat capres ke 3, tadinya saya pikir wowo seorang jenderal, ilmu pertahanan dan keamanan memang makanannya, tapi setelah melihat mereka berdebat, saya cuma bisa bilang, wowo mungkin hanya ngerti perang taktis, tidak menguasai strategi. Dan ilmu perang taktis juga terbatas didalam negeri, untuk menangkap, membunuh, menculik, memperkosa, menjarah rakyat.
soal perbatasan yang bermasalah, semua tahu, ditangan mertua wowo, kita kehilangan dua pulau, Sipadan dan Ligitan, mengapa? karena ato yang tolol itu percaya sama mahkamah international yang dikuasai oleh blok barat! maka Indonesia yang kurang tunduk sama barat dikalahkan. Soal Laut Tiongkok Selatan, saya tahu, pulau-pulau yang diklaim vietnam dan filipine, dulu diakui oleh pak Ho Chi Ming dan filipine, pada tahun era 50-60, filipine tidak mencantumkan pulau diklaimnya itu kedalam peta negara filipine. kalo Indonesia mau jadi penengah, kita menjadi penengah berdasarkan kenyataan atau solidaritas asean? jika dengan dasar solidaritas asean, perlu diingatkan bahwa dua negara ini, vietnam dan filipine mempunyai reputasi yang sangat jelek setara dengan jepang, sanggupkah Indonesia memberi saran berdasar siapa yang benar dan siapa yang salah?
kalau berdasarkan solidaritas asean, maka nama kita terseret jadi jelek, kalo berdasarkan siapa yang benar/salah, vietnam dan filipine akan benci kita, sedangkan Indonesia belum menjadi negara super power yang bisa sebagai penengah, maka Jokowi lebih bijaksana untuk tidak campur tangan.
Tiongkok tidak mau memilih mahkamah pengadilan international, karena pengalaman mereka, mereka tidak percaya sama pengadilan international (buktinya pulau Sipadan dan Ligitan) dan pulau yang diribut, sudah lebih dari 1500 tahun dikuasai Tiongkok. Perlu dimengerti, keributan laut Tiongkok Selatan dibelakangnya ada campur tangan amerika, yang sebetulnya tidak berhak campur diwilayah ini.
maksudnya wowo dan anteknya, mungkin kalo amerika mau kasih banyak dana, dia mau coba menantang Tiongkok, sekaligus mencabut larangan visa untuk amerika. dari sini kelihatan sekali wowo tidak berwawasan, yang dia ngerti power, kekuatan.
wowo masih memakai istilah laut cina selatan, sedangkan Jokowi memakai istilah Laut Tiongkok Selatan, dari sebutan ini, kita bisa lihat wowo adalah titisan dari hitler Indonesia - ato yang masih makai istilah “cina”, padahal sebutan ini sudah dihapus oleh pak SBY. karena ditolak amerika, wowo bilang mau kunjungi Tiongkok dulu, tapi dia sebut “cina”, goblokkan?
Soal australia, kita harus tahu, kelompok bahasa inggris, amerika, inggris, australia, singapore, memang tidak anggap Indonesia, mereka merasa menyadap Ani SBY adalah wajar, ini menyadap seorang budak, ya memang harus di kick balik (antar pemerintah).
Soal TKI, sebetulnya saran Jokowi sudah tepat, terhadap negara yang tidak bersahabat dengan Indonesia dalam TKI, kita boikot, misalnya singapore, arab saudi, sampai mereka merubah hukumnya. singapore harus mencabut pajak TKI yang bahkan lebih tinggi dari gaji TKI. Arab saudi kalo tidak memperbaiki hukumnya, suruh pakai TKM (tenaga kerja monyet) menggantikan TKI. Indonesia harus mengambil kesempatan jeleknya hubungan Tiongkok-filipine dan Taiwan - filipine, segera masuk ke pasar TKI di Tiongkok (termasuk taiwan) karena bukan tidak mungkin TKW filipine akan dikurangi oleh mereka, karena aqino jr sampai sekarang tidak mau minta maaf sama hongkong atas kasus pembunuhan turis hongkong, serta masih ada bayangan jelek angkatan laut filipine membunuh nelayan taiwan.
KBRI kita memang harus melindungi TKI secara agresive, kalo perlu satu bulan menilponnya sekali. Kubu Jokowi lebih menyayangi rakyat, saya yakin dia berminat melindungi TKI, tidak seperti kubu wowo yang terdiri dari koruptor, penculik, tukang kawin, mana mereka mau memperhatikan TKI? paling-paling cari citra sebelum pemilu.
Masalah alusita, karena Indonesia bukan negara agresor (Indonesia cuma pernah menjadi agresor sekali, yaitu mengagresi Timor Leste dijaman ato), maka senjata kita tidak perlu beli yang menyerang ke negara lain. kita harus mengutamakan senjata menjaga tanah air. di asean, siapa yang berani menyerang Indonesia? singapore? kita pasang 3 batalion dan memasang 500 meriam di pulau Batam, dia sudah mikir-mikir, kalo singapore berani menyerang Indonesia, dari batam tembak ke singapore, mereka akan gemetar. Tiongkok? Tiongkok bukan negara agresor, tidak perlu takut. Jepang? ada mungkin. amerika? ada mungkin. untuk melawan mereka kita harus andalkan perang rakyat seperti di irak, afganistan yang paling ditakuti oleh negara agresor. Indonesia cukup besar dan sudah bukan Indonesia 70 tahun yang lalu.
soal nelayan ikan asing mengeruk keuntungan laut Indonesia, kita harus kembangkan pesawat ampibi sebagai pesawat yang menangkap kapal ikan asing, jika uber dengan angkatan laut, biaya solar dari kapal perang terlalu besar, lebih baik memakai pesawat terbang amphibi bersenjata, yang hemat BBM. dan kecepatannya bisa 10 kali lebih cepat daripada kapal nelayan.
dalam debat capres ke 3, kelihatan Jokowi ada sedikit gugup, tapi wowo bloon sekali, jadi masih 5-0 untuk Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H