Walaupun Jokowi telah menang pilpres, tapi dengan banyaknya “dukungan” terhadap wowo (mencapai 46,85%), kita perlu analisa, pendukung wowo itu siapa? menurut saya, terutama dari group koruptor, group preman (termasuk order baru), orang yang rendah ilmu pengetahuan (Ilmu mereka hanya bisa berdoa) dan group Islam radikal.
Jika 50% PNS Indonesia bermasalah korupsi, yaitu 1% dari penduduk Indonesia, mereka yang masing-masing mempunyai sanak famili yang berhak pilih, diperkirakan 5% dari jumlah pemilih. Banyak penduduk Indonesia walaupun bukan PNS, tetapi mereka berkeinginan jadi PNS koruptor, mereka juga cenderung milih wowo. Koruptor jelas anti Jokowi, soalnya Jokowi akan tuntaskan korupsi, mereka takut diusut, maka mati-matian bela wowo. Diperkirakan mencapai 6% - 7% jumlah pemili.
Radikal Islam tahu Jokowi adalah Islam (damai), tapi mereka ngotot Jokowi bukan Islam, mengapa? Sebetulnya maksud mereka, Jokowi bukan Islam Radikal, tidak sama dengan mereka, sehingga dianggap bukan Islam, dimata mereka, hanya Islam radikal, baru namanya Islam. Kelompok ini sangat luas, karena mereka “mengatas namakan” Allah, bagi muslin taat dan sebagian muslim damai, kalau sudah ditakuti dengan “atas nama” tuhan, dengan munculnya kampanye hitam seberti “obor rakyat”, sangat mempengaruhi mereka. Dari Islam wahabi dan Islam radikal (pks+p3+pb2), wowo diperkirakan dapat suara 15% dan dari swing voter 13% (orang berpendidikan rendah dan tidak begitu berilmu,mudah ditakuti dengan “atas nama” Tuhan ). Langganan tukang cukur saudara saya, ketika saudara saya cukur ditempatnya, dia bilang dia dibagi duit, saudara saya bilang, biarin, terima duitnya, colok capres ideal anda. Dia bilang tidak bisa, sudah sumpah ketika terima uang. Swing voter demikian yang sebetulnya dia tidak ada dendam sama Jokowi, hanya karena butuh uang untuk hidup, dia tidak menghiraukan capres buruk baik, pokoknya terima serangan fajar, dan diikat dengan sumpah. Juga ada tiupan issue jika milih Jokowi, bearti ahok yang bukan muslim menjadi Gubernur DKI, black campain dan serangan fajar membuat Jokowi hilang sekitar 13% suara.
Preman, order baru jelas akan lawan mati-matian, karena Jokowi janji usut kasus pelanggaran HAM berat penculikan dan perkosaan massal Mei 1998. Jumlahnya adalah sekitar 11% - 12%.
Selama jaman order baru, suharto selalu menekan dengan kekerasan dan otoriter terhadap rakyatnya, ini mental penjajah/otoriter. kita mengajar anak, kalau dengan cara bijaksana, anak akan menjadi orang bijaksana. Kalau mengajar anak dengan kekerasan, ya anak akan jadi preman, dan selalu melawan. Hidup yang keras juga akan membuat anak lebih berjiwa melawan. Israel menghadapi Palestina (Gaza) dengan sangat brutal, maka rakyat Palestina juga melawan dengan brutal pula. Cara wagub DKI memakai cara brutal, hanya akan membuat rakyat melawan dengan brutal juga. Biasanya penjajah atau penguasa otoriter memakai agama untuk melemahkan sifat lawannya. selalu dicuci otak, ini takdir…..
Untuk memajukan Indonesia, yang Jokowi harus bersihkan adalah premanisme (harus taat hukum), koruptorisme, radikal agama. Untuk menghadapi swing voter agar tidak mudah terhasut/tertipu, kita perlu memberi pendidikan yang bagus (isinya) bukan hanya gratis pendidikan 12 tahun saja. Maka Jokowi ciptakan Revolusi Mental.
MASALAH AGAMA.
Revolusi mental, harus menaikkan kualitas manusia Indonesia, entah kualitas dalam kemampuan menaikkan daya saing, daya kerja, juga harus menaikkan moral. sekolah gratis 12 tahun tidak ada gunanya, kalau mata pelajaran seperti sekarang, mata pelajaran harus dirombak total.
Undang undang pendidikan harus dirubah, tidak menjadi kewajiban untuk mengajar agama disekolah, khususnya pada SD dan SMP, SMA I dan II, karena daya menganalisa masih rendah. Pikiran radikal Islam mudah terbentuk, bila anak kecil yang tidak ada kemampuan anlisa, sudah dijejal dengan doktrin agama (radikal). Jika seseorang baru menyentuh agama pada umur setelah 30 tahun, andai dia memeluk agama tersebut, dia akan lebih bijaksana, taat dan tidak
ekstrim. Agama itu bagaikan seks, tidak ada seks, manusia akan hilang dari bumi, tapi seks (dan agama) hanya baik untuk orang dewasa, tidak untuk anak kecil dan pemuda. Tidak semua ajaran agama cocok dengan science. Jangan menganggap Agama itu mutlak, didunia negara yang maju di tehnologi tidak ada yang dari negara yang didominasi agama, negara yang agamanya dominasi, kecuali memiliki sumber alam yang berlimpah, tidak ada yang maju. Arab Saudi walaupun maju pembangunan fisiknya karena minyak, tapi dibidang ilmu dan moral tidak ada apa-apa.
Banyak radikal agamais, justru mereka menerima agama sejak kecil, sehingga menganggap agama itu adalah dunianya. Mereka tidak sanggup menganalisa apa yang sebenarnya.
Saya setuju Jokowi menaikkan kadar pendidikan moral, tetapi pendidikan moral ini bukan pendidikan agama, melainkan moral yang diterima didunia pada umumnya. Misalnya, tidak korupsi, tidak bohong, tidak menjudi, tidak main hakim sendiri, tidak boleh beristri dua dan lebih……
Revolusi Mental harus berani melarang aliran wahabi dan radikal, pemerintah harus mengawasi ketat sekolah yang didirikan partisan pks, ppp, fpi dan pbb. Tidak boleh disusupi aliran wahabi.
MASALAH PREMANISME DAN KEKERASAN.
Seperti sering terjadi massa menghukumi pencopet dan dibakar sampai mati, ini adalah kebudayaan dari sisa order baru dan ekstrimis agama, yang sudah biasa main keras, misalnya suharto memenjara bung karno dirumah sampai meninggal (tidak berani diadili bung Karno, karena belang suharto mengkudeta akan terungkap), suharto menghukum mati Aidit tanpa disidang (kalo disidang, belang suharto juga akan terlihat bobroknya), suharto suka mengarang sejarah (menyalahkan PKI melakukan kudeta padahal sebetulnya dia otak pembunuhan Yani). Mana ada kudeta didunia yang hanya membunuh KASAD tetapi tidak membunuh presiden?
Cara ahok yang keras terhadap rakyat bawah, tidak memakai dasar hukum (misalnya cabut pentil, mau main gusur), kesemua ini akan membuat rakyat cenderung bersifat melawan. Karena pemerintah sering membuat undang-undang yang tidak adil, polisi-jaksa-hakim (penegak hukum) tidak tegas, curang dan korupsi, akan membuat rakyat cenderung melawan pemerintah dan aparat.
Disarankan Revolusi untuk melawan premanisme diterapkan fokusnya di Hakim-Jaksa-Polisi-Tentara. Di kalangan warga, dididik tidak main hakim sendiri. Perlu pendidikan hukum secara meluas, apa yang boleh, apa yang tidak boleh, menyadarkan rakyat hukum agama tingkatnya dibawah hukum negara, memberi pengertian hidup rukun antar ummat agama dan suku, memberi penjelasan shariyah Islam tidak boleh dijalankan di Indonesia, memberitahukan rakyat jika mencuri tidak boleh dipotong tangannya, kalau selingkuh hukumnya bukan ditimpuk dengan batu sampai mati, kalau sekedar minum bir tidak melanggar hukum Indonesia. Satu persatu yang ditanam orba yang ngawur harus diluruskan kembali.
MASALAH KORUPSI.
Subsidi BBM sampai ratusan triliun itu adalah sumber kebocoran besar, dijual ke kapal asing di tengah laut, keuntungannya langsung miliaran. Apa lagi pejabat kalo terlibat, lebih gawat lagi. SPBU sering menjual solar ke pabrik, Elpiji Melon diambil isinya diisi ke Tabung biru, negara berdarah ratusan triliun. Kalau perlu, subsidi diserahkan langsung ke orang miskin, dalam bentuk program, bukan seperti sekarang. Warga biasa untuk mendapat 100,000 rupiah itu susah banget, tapi anggota DPR sekali minta kado lebaran, dapat US$ 200,000.- per orang. Kecuali sebagian orang yang betul-betul menolak korupsi, memang ada, tetapi tidak sedikit orang, mulutnya anti korupsi, tapi dalam hatinya, dia berpikir, kalo saya mempunyai kesempatan, aku juga mau
korupsi. Membasmi korupsi, tidak cukup dengan KPK, harus ada revolusi mental yang menghina keluarga koruptor sampai mereka tidak hidup tenang di Indonesia. Orang yang menghina keluarga koruptor yang masih kaya, tidak bisa dituntut hukum. (dibuat UU-nya)
Di segi hukum, harus dikejar harta korupsi suharto, jangan dibiarkan, sehingga orang lihat kalau korupsi, walaupun sudah mampus, tetap dikejar hasil korupsinya.
Hukumm kita untuk membasmi korupsi tidak cukup baik, jaman suharto, dia meloloskan UU, bahwa yang “menyogok” dan disogok sama-sama dianggap korupsi. Setahu saya, di Malaysia, yang disalahkan adalah hanya pejabatnya. Jadi di Indonesia, kita diperes, bila kita lapor polisi, kita kasih uang sama pejabat, kita dan pejabat itu dimasukin penjara. Kalau di Malaysia, kalo kita lapor, kita tidak salah. Maka korupsi di Malaysia jauh berkurang dibanding di Indonesia.
Pemerintah seharusnya mengijinkan mendirikan suatu WEB SITE, yang mengijinkan pelapor (dengan nama sebenarnya atau nama samaran) , membeberkan kekorupsian para instansi dan swasta yang melanggar hukum. Andaikata laporannya tidak benar karena salah paham, pelapor tidak boleh dituntut, bahkan kalo bisa diberi hadiah. Pasti ramei deh, dan korupsi bisa ditekan. Dan instansi/oknum yang dilapor harus menjawab, tidak boleh diam (walaupun mereka tidak salah)
Apa itu Revolusi Mental?
Revolusi Mental adalah suatu gerakan politik, juga gerakan pendidikan. Revolusi Mental Jokowi tidak sekeras gerakan yang dilakukan negara Komunis yang sama sekali memutar balik ideologi yang exsisting yang jelek. Revolusi Mental Jokowi lebih mengarah ke merubah adat istiadat preman (kekerasan), budaya korupsi (M. Hatta: korupsi sudah merupakan kebudayaan), budaya kebodohan yang didominasi memaksakan doktrin agama sejak anak-anak. Tentu Revolusi Mental Jokowi akan menjunjung tinggi hukum negara, bukan hukum agama. Tujuan mensekulerkan Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara yang kuat berbasis tehnologi, demokrasi yang sekuler! Bukan suatu negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, tapi tidak sanggup mengelolanya, karena menolak science dan demokrasi.
Justru negara adidaya, untuk melemahkan negara berkembang, selau mempropagandakan harus taat agama, dengan taat agama, negara berkembang sulit menjadi maju. Mata uang dolar amerika yang ada simbul In God we trust, adalah diberlakukan ketika perang dingin untuk menghadapi negara blok komunis, bukan berawal dari pendirian Amerika. Amerika didirikan oleh kaum atheis.
Jika revolusi mental mengurangi kadar agama radikal, 10 tahun kemudian Indonesia bisa menjadi negara yang damai, rasional. Indonesia menjadi negara sekuler yang damai, tidak bar-bar.
Revolusi Mental jelas dianti oleh kelompok agama radikal, pasti mereka menstigma Revolusi Mental sama dengan PKI, tapi tidak perlu diladeni, karena ketika bung Karno, beliau pernah gagaskan NASAKOM, sekarang rakyat tidak terima komunis, itu hak rakyat Indonesia, tidak terima tidak bearti yang baik dari komunis tidak boleh dipakai. Dan tidak bearti ideologi sosialis melanggar hukum (peraturan melarang atheis dan komunis sudah dicabut oleh ketua MK Mahfud MD).
You are what you eat, memakan mata pelajaran apa, akan menghasilkan tipe manusia apa, juga dengan mengijinkan punya banyak istri, salah satu sarang sebab musabab korupsi. Sekarang menghidupkan satu istri dengan dua anak yang harus berpendidikan dengan gaji sekarang sangat berat, kalau 4 istri ditambah 10 anak, mau tidak korupsi juga tidak gampang.
Revolusi Mental harus memperingati para pejabat, anda adalah pelayan rakyat, bukan rakyat yang harus melayani anda. (pasti kelompok orba dan radikal agamais bilang ini komunis lagi)
Revolusi Mental sudah tidak bisa ditunda lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H