Mohon tunggu...
Leo Kennedy
Leo Kennedy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengenang Suatu Malam di Perguruan Cikini, 60 Tahun Silam

1 Desember 2017   11:18 Diperbarui: 1 Desember 2017   18:48 3153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUATU malam persisnya di tanggal 30 November 1957. Kala itu Sekolah Perguruan Cikini sedang sibuk mempersiapkan pesta perayaan sekolah yang ke-15 dengan pegelaran malam amal dan bazar. Megawati Soekarnoputri yang masih berusia remaja, disibukan dengan berbagai persiapan perayaan hari jadi tersebut.

"Ketika itu saya mendapat tugas menjaga pameran, sedangkan kakak saya menjaga arena permainan," kata Megawati membuka kisahnya di acara peluncuran buku seri Historia yang digelar oleh Penerbit Buku Kompas dan Majalah Historia di Musium Nasional, Jakarta, 30 November 2017.

Murid-murid sekolah itu semakin sumringah manakala mendengar kabar bahwa Presiden Soekarno alias Bung Besar juga mau mampir ke sekolahan. Tapi kedatangannya itu untuk menyenangkan hati putra-putrinya itu sebagai wali murid dari Mega dan Guntur. Tentu kesempatan langka ini bakal menjadi kenangan yang tak terlupakan seumur hidup. Teman-teman sekolah Megawati juga tak sabar ingin bisa berdekatan dengan Bung Besar.

Di tengah keceriaan suasana pesta, mendadak menjadi riuh. Enam granat dilemparkan pemuda asal Bima Nusa Tenggara Timur (NTT) ke arah Bung Besar. Suasana langsung kacau. Peserta pesta kocar-kacir menyelamatkan diri. Megawati pun jadi saksi pelemparan granat tersebut. "Setidaknya ada kawan saya sekitar 100-an orang jadi korban. Ada yang meninggal, luka parah dan luka ringan serta cacat seumur hidup," kenang Mega.

Beruntung, Bung Besar masih bisa selamat di malam jahanam itu yang lantas terkenal dengan Peristiwa Cikini. Nasib Bung Besar diselamatkan oleh para personel Detasemen Kawal Pribadi (DKP), semacam pasukan pengawal khusus Soekarno yang dipimpin Komisaris Besar Mangil Martowidjojo.

Mega sendiri melihat ayahnya bisa selamat, karena granat yang dilempar meleset. Bung Besar selamat. Mega menduga bahwa si pelempar granat ragu untuk membunuh Bung Besar. "Bung Karno sangat ceria dan sempat tertawa bersama teman-teman sekolah saya. Tapi semua itu berubah saat ada granat dilempar dan korban jiwa berjatuhan di peristiwa itu," katanya.

Para pelaku pun akhirnya berhasil diringkus dan dibawa ke persidangan. Di hadapan hakim, para pelaku itu menyesal. "Mereka hanya diberitahu Bung Karno akan datang ke suatu tempat," kata Mega.

Cerita upaya pembunuhan terhadap Soekarno itu bukan kali pertama yang terjadi. Setidaknya ada sekitar tujuh percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno. Upaya pembunuhan lain yang diingat Mega terjadi pada 9 Maret 1960. Kala itu, pilot tempur AURI, Daniel Maukar, memberondong Istana Negara menggunakan pesawat Mig-17. Peluru senapan mesin pesawatnya langsung menembus dinding istana dan mengenai ruang makan. "Kalau diteliti, ada satu peluru yang berbahaya. Satu peluru itu dinyatakan akan mengenai tepat kepala ayah bila sedang ada di ruang makan," kata Mega.

Beruntung Soekarno sempat selamat saat kejadian karena sedang rapat di Dewan Nasional Kompleks Istana Merdeka. Berbagai upaya pembunuhan itu semuanya bisa dibaca lengkap di buku terbitan Kompas, buku "Mengincar Bung Besar". Dua buku lainnya yaitu Kennedy & Sukarno dan Ho Chi Minh & Sukarno.

"Buku tentang kisah Bung Karno berguna bagi generasi muda dan para calon pemimpin bangsa. Kita jadikan sejarah sebagai cermin agar bisa memahami masa kini dan meneropong masa depan kita sebagai bangsa yang terhormat, serta bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia," kata Mega memberikan sambutannya di peluncuran tiga buku ayahnya tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun