Mohon tunggu...
Money Artikel Utama

Strategi Alibaba: Ikut Saya atau Lawan Saya

18 April 2016   14:29 Diperbarui: 18 April 2016   18:36 1490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan struktur langsung Alibaba di Asia Tenggara, jelas akan banyak rintangan dengan sentimen anti-Tiongkok yang cukup panas di hampir semua negara Asia Tenggara. Dalam kacamata bisnis sangatlah berisiko dan kontraproduktif. Di sisi lain, Lazada telah eksis selama 4 tahun di Asia Tenggara, terbukti unggul, dibangun oleh punggawa Jerman Eropa, berpusat di Singapura, tentu suatu pilihan yang sangat manis dalam perspektif pelebaran sayap bisnis.

Sejatinya, Lazada oleh para pendiri bukan menawarkan produk lapak sebagai jualan utama, namun produk utama yang ingin dijual adalah Lazada itu sendiri. Rocket Internet Jerman sudah melihat peluang sulitnya e-commerce Tiongkok untuk menembus sentimen negatif pasar Asia Tenggara. Mereka hanya memerlukan investasi beberapa tahun, membuka penguasaan pasar, penguasaan pengiklanan, dan menyebarkan struktur.

Lazada memang membukukan pendapatan $ 190 juta pada 9 bulan pertama di 2015. Namun, sesungguhnya pengeluaran mereka lebih besar dari pendapatan yakni sekitar $ 212,9 juta pengeluaran. Selisih tersebut merupakan bentuk investasi karena jualan utamanya adalah Lazada itu sendiri. 

Dampak, Kondisi, dan Peluang

Akuisisi Alibaba atas Lazada hanya sebagai lonceng pengingat karena globalisasi merupakan keniscayaan. Bahkan ketakutan akan globalisasi kemudian menutup diri akan memberikan kehancuran lebih dalam. Lebih baik berkompetisi awal daripada bertarung terakhir saat semua pemain sudah menjadi ekonomi sakti. Bukankah Alibaba sendiri pernah berada dalam posisi kurcaci kerdil?

- Prediksi yang paling pasti adalah kekuatan Alibaba pada Lazada akan mendorong penggunaan berbagai jenis perangkat smartphone, karena platform e-commerce mengutamakan konsumen jenis ini.

Pemerintah Indonesia dan pengusaha smartphone lokal seperti Mito, Smartfren, Advan, harus mengamankan posisi dengan kepastian kerja sama dengan Alibaba Lazada. Ini akan menjadi momentum besarnya bisnis teknologi Indonesia.

- Implikasinya, Alibaba pasti mengharapkan jaringan provider internet tersebar di seantero Nusantara dengan kapasitas besar dan cepat. Kesempatan bagi Telkomsel, Indosat, dan lainnya untuk memperkuat daya tawar dengan Alibaba Group.

Kerja sama provider telekomunikasi nasional memberikan peluang pemerataan akses internet di Indonesia. Kita juga melihat potensi naiknya saham-saham telekomunikasi melalui kepastian kerja sama dengan Alibaba.

- Berbeda dengan Eropa, pembayaran menggunakan kartu kredit tidak umum bagi Asia Tenggara, apalagi Indonesia. Tentu untuk memfasilitasi hal tersebut,  pembayaran elektronik jenis lain akan menjadi populer, semisal uang elektronik Telkomsel, Indosat, dan lainnya.

Kembali, ini merupakan peluang pendapatan bagi provider telekomunikasi Indonesia. Tentu saja semuanya akan bekerja sama dengan pihak bank, yang pada akhirnya menambah kapasitas perbankan nasional.

- Untuk Indonesia, mengirim pesanan barang ke-17 ribu pulau yang tersebar, tentu perkara yang penuh tantangan. Efeknya jasa pengiriman seperti Tiki, Wahana, JNE, dan lainnya, tentu memiliki daya tawar yang besar jika membuka kepastian kerja sama dengan Alibaba Lazada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun