Dari situs pertahanan, diketahui bahwa Malaysia melakukan latihan menembak menggunakan sistem peluncur misil Starstreak LML (Lightweight Multiple Launcher) 28-29 Maret, 2 hari sebelum drone yang jatuh ditemukan di perairan Kepri pada 31 Maret.
[caption caption="latihan malaysia4_sumber_defense-studies.blogspot_"]
Dengan sangat jelas disampaikan bahwa angkatan bersenjata Malaysia menggunakan BTT-3 Banshee target drone sebagai sasaran tembak. Nah, dengan demikian cukup yakin bahwa drone yang jatuh adalah milik Malaysia.
Antisipasi Ancaman Tiongkok
Tidaklah keliru jika netizen mengkaitkan drone yang jatuh dengan ambisi Tiongkok di laut China Selatan, hanya saja perspektifnya yang agak meleset. Latihan malaysia dan aktifnya kegiatan angkatan bersenjata di negara-negara Asia Tenggara, menunjukkan bahwa Tiongkok telah mempengaruhi perimbangan militer dan berpotensi menjadi ancaman kawasan.
Seperti persiapan sistem Starstreak LML-NG milik Malaysia yang akan rampung pada 2018, merupakan kontrak senjata senilai $ 142 juta yang ditandatangani di London pada 15 September 2015. Jelas Malaysia mulai meregangkan otot militer demi menghadapi ambisi Tiongkok yang secara terang mengklaim beberapa perairan Malaysia.
Begitu pula Singapura, yang menaikkan anggaran militernya 6,4 persen untuk pembiayaan 2016-2017 menjadi $ 10,2 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbaharui sistem pertahanan Singapura.
Anggaran itu rencananya untuk pembelian Helikopter Super Puma AS 332M, Kendaraan pelindung V 200, Pesawat Hercules C-130 BTA, dan kemungkinan pembelian pesawat tempur F-35, serta modernisasi sistem pertahanan lainnya.
Tak berbeda dengan Indonesia yang telah mensiagakan kapal selam tak jauh dari perairan kepulauan Natuna, untuk mengantisipasi penerobosan kedaulatan oleh Tiongkok. Untuk kebutuhan pangkalan kapal selam di Natuna, TNI telah mengajukan tambahan pembiayaan sebesar $ 40 juta kepada Komisi I DPR RI dan Kementrian Pertahanan.
Sementara itu, Filipina dalam waktu dekat akan mendapat pengiriman dua kapal perang baru jenis frigates, untuk memperkuat armada laut mereka. frigates buatan India tersebut akan memiliki panjang sekitar 92 meter dengan berat 2.000 ton.
Filipina juga sedang berupaya mengadakan helikopter anti kapal selam dalam sistem pertahanannya. Selain itu, bantuan hibah kapal militer dari Amerika serikat dan Australia juga sudah tiba di Manila.
Sedangkan Vietnam, menyatakan akan menambah satu skuadron pesawat tempur jenis SU-35 Fighter dari Rusia. Koleksi tersebut diharapkan dapat menjaga kedaulatan satu negara Asean yang selama ini paling intens berseteru dengan Tiongkok.