Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Drone Jatuh Milik Malaysia (Asia Tenggara Hadapi Tiongkok)

2 April 2016   14:40 Diperbarui: 2 April 2016   15:44 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari situs pertahanan, diketahui bahwa Malaysia melakukan latihan menembak menggunakan sistem peluncur misil Starstreak LML (Lightweight Multiple Launcher) 28-29 Maret, 2 hari sebelum drone yang jatuh ditemukan di perairan Kepri pada 31 Maret.

[caption caption="latihan malaysia4_sumber_defense-studies.blogspot_"]

[/caption]Latihan Malaysia tersebut merupakan uji coba sebelum negara serumpun ini memperbarui sistem anti udara portable dengan Starstreak LML-NG. Latihan militer dengan amunisi misil hidup dilakukan di Tanjung Logok, Semenanjung Malaysia, Pesisir Timur Johor.

Dengan sangat jelas disampaikan bahwa angkatan bersenjata Malaysia menggunakan BTT-3 Banshee target drone sebagai sasaran tembak. Nah, dengan demikian cukup yakin bahwa drone yang jatuh adalah milik Malaysia.

Antisipasi Ancaman Tiongkok

Tidaklah keliru jika netizen mengkaitkan drone yang jatuh dengan ambisi Tiongkok di laut China Selatan, hanya saja perspektifnya yang agak meleset. Latihan malaysia dan aktifnya kegiatan angkatan bersenjata di negara-negara Asia Tenggara, menunjukkan bahwa Tiongkok telah mempengaruhi perimbangan militer dan berpotensi menjadi ancaman kawasan.

Seperti persiapan sistem Starstreak LML-NG milik Malaysia yang akan rampung pada 2018, merupakan kontrak senjata senilai $ 142 juta yang ditandatangani di London pada 15 September 2015. Jelas Malaysia mulai meregangkan otot militer demi menghadapi ambisi Tiongkok yang secara terang mengklaim beberapa perairan Malaysia.

Begitu pula Singapura, yang menaikkan anggaran militernya 6,4 persen untuk pembiayaan 2016-2017 menjadi $ 10,2 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbaharui sistem pertahanan Singapura.

Anggaran itu rencananya untuk pembelian Helikopter Super Puma AS 332M, Kendaraan pelindung V 200, Pesawat Hercules C-130 BTA, dan kemungkinan pembelian pesawat tempur F-35, serta modernisasi sistem pertahanan lainnya.

Tak berbeda dengan Indonesia yang telah mensiagakan kapal selam tak jauh dari perairan kepulauan Natuna, untuk mengantisipasi penerobosan kedaulatan oleh Tiongkok. Untuk kebutuhan pangkalan kapal selam di Natuna, TNI telah mengajukan tambahan pembiayaan sebesar $ 40 juta kepada Komisi I DPR RI dan Kementrian Pertahanan.

Sementara itu, Filipina dalam waktu dekat akan mendapat pengiriman dua kapal perang baru jenis frigates, untuk memperkuat armada laut mereka. frigates buatan India tersebut akan memiliki panjang sekitar 92 meter dengan berat 2.000 ton.

Filipina juga sedang berupaya mengadakan helikopter anti kapal selam dalam sistem pertahanannya. Selain itu, bantuan hibah kapal militer dari Amerika serikat dan Australia juga sudah tiba di Manila.

Sedangkan Vietnam, menyatakan akan menambah satu skuadron pesawat tempur jenis SU-35 Fighter dari Rusia. Koleksi tersebut diharapkan dapat menjaga kedaulatan satu negara Asean yang selama ini paling intens berseteru dengan Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun