Jadi penerbitan matauang dolar tidak hanya berdasarkan kekuatan cadangan emas USA namun juga berdasarkan besarnya kemampuan cadangan minyak Arab Saudi.
Setelah semua kesepakatan itu Arab Saudi meminta anggota OPEC menerapkan Petrodolar, setiap transaksi minyak dibayarkan menggunakan matauang dolar. Sebagai balasannya, USA juga akan menyuplai senjata kepada Arab Saudi, tanpa menilai kebutuhan maupun penggunaannya.
Dengan manuver balasan blok Rusia-Iran-China, akan menjadi tantangan bagi Saudi, karena dominasi minyak Saudi untuk China, perlahan diambil alih oleh Rusia. Dengan kelebihan suplai minyak saat ini, opsi Saudi adalah menjual minyak pada China dengan menerima Yuan, atau menghentikan kesepakatan. Tentunya dalam bisnis selalu ada opsi cadangan, yang belum nampak dipermukaan.
Balasan Blok Iran, jelas untuk menggerus sirkulasi dolar, yang dapat berakibat pada jatuhnya nilai dolar. Namun sebenarnya strategi ini cukup sulit, sebagian besar negara dunia memiliki cadangan dana dalam bentuk dolar, merubah ke dalam mata uang lain tidaklah mudah, apalagi mata uang yang belum stabil.
Opsinya adalah menggunakan Euro, sementara mata uang lain seperti Rubel Rusia dan Yuan China, ibarat petasan, sering meledak-ledak, negara dunia berisiko kehilangan dana cadangan jika terjadi krisis, seperti saat ini.
Tampak bahwa setelah Iran-Rusia-China melakukan balasan, pasar ekuitas USA segera terimbas dengan sentimen negatif. Dolar USA turun, karena ada kebimbangan pasar mengenai transaksi minyak tanpa Petrodolar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H