India dalam waktu dekat akan membangun pusat data satelit di Vietnam, dengan fasilitas tersebut Vietnam dapat mengakses citra satelit milik India, untuk memonitor wilayahnya, termasuk Laut China Selatan.
Kebijakan nyata dari pemerintah Vietnam atas agresifitas China di wilayah Laut China Selatan. Kedua negara beberapa kali mengalami insiden maritim terkait klaim Negara Tirai Bambu, China, atas sebagian besar Laut China Selatan.
"Musuh dari musuhku adalah sahabatku", demikian filosofi Vietnam menghadapi ancaman ekspansi wilayah oleh China. Vietnam mengeratkan hubungan dengan India, yg notabene merupakan rival militer, perbatasan wilayah, serta ekonomi bagi China.
Ambisi Tiongkok untuk menguasai Laut China Selatan, merupakan bibit konflik mengerikan bagi negera2 di Asia Timur dan Asia Tenggara. Apa lagi Vietnam tak hanya berbatasan laut, namun juga darat dengan China.
Seakan langkah catur, Vietnam melakukan blokir, negara tersebut membeli peralatan militer dari India, terakhir adalah kontrak kapal patroli senilai 100 juta dolar dari India.
Memposisikan India sebagai benteng penghadang, melalui kesepakatan eksplorasi energi. Vietnam memberikan ijin untuk kerja sama dgn India membangun fasilitas eksplorasi energi di wilayahnya yg diklaim oleh China.
Kemampuan militer Vietnampun di-upgrade, persenjataan anti udaranya diperbaharui, tentu sebagian besar moncong menghadap China.
Dengan fasilitas satelit yg dibangun India, Vietnam mampu untuk memonitor kedaulatannya dari segala bentuk ancaman, terutama dari China.
Ironi, pada saat kejayaan Blok Komunis, hubungan Vietnam dan China ibarat kakak beradik, namun semuanya berakhir, pada 1979, saat 80.000 pasukan China menginvasi Vietnam.
Upaya yg disebut sebagai "memberi pelajaran kepada adik kecil" oleh China, karena Vietnam berupaya campur tangan untuk menghentikan pembantaian oleh junta militer Khmer Merah di Kamboja. Sejak saat itu, China adalah musuh di mata Vietnam.
Memasuki abad 21, berbagai insiden penabrakan kapal antara Vietnam dan China berulang kali terjadi di perairan yg di klaim China. Tak pelak sentimen anti China meluas di Vietnam, saat China membangun fasilitas minyak di perairan yg disengketakan, rakyat Vietnam melakukan protes dijalanan, yang berakhir dengan kerusuhan, dan China harus mengevakuasi 3.000 warga negaranya dari Vietnam.
Bagi Vietnam, ancaman China begitu nyata, berbagai manuver dilakukan untuk menghadapi ekspansi China. Negara tersebut membuka kembali hubungan dengan Amerika Serikat, begitu juga USA yg menormalisasi hubungan dgn Vietnam pd 1995, negara yg pernah menjadi musuhnya di era 60-an.
Hubungan USA-Vietnam begitu mesra saat ini. Sejarah tercipta, seorang Jendral USA, kembali menginjak daratan Vietnam semenjak 1971. Jendral Martin Dempsey, mengunjungi Vietnam pada 2014 untuk memperkuat kerja sama militer di kawasan pasifik.
Amerika Serikat memberikan bantuan kapal patroli senilai 18 juta dolar ditengah kemelut antara Vietnam dengan China.
Perubahan hungan USA-Vietnam sangat dramatis, dari musuh menjadi pasangan kekasih. Vietnam kini tergabung dalam pakta ekonomi yg dimotori Amerika serikat, Trans-Pacific Partnership (TPP). Semuanya dilakukan demi menghadang dominasi dan ekspansi China atas Vietnam.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, petinggi politik Vietnam, Nguyen Phu Trong, menemui Presiden Barack Obama pada 2015 lalu. Keduanya sepakat untuk melupakan perbedaan masa lalu, dan bersama melawan china.
Vietnam mungkin kecil, namun secara terbuka menantang ekspansi ekonomi China. Negara ini membuka lebar investasi, kesepakatan ekonomi dengan negara-negara lain.
Langkah2 taktis dilakukan Vietnam, perlahan namun pasti Vietnam berusaha menjegal perekonomian China. Negara tersebut berhasil meyakinkan korporasi Microsoft Nokia, untuk memindahkan produksinya dari China ke Vietnam, begitu pula Microsoft Smart Phone.
Produksi ritel pakaian asal Jepang, Uniqlo, juga dapat diyakinkan memindahkan operasinya dari China ke Vietnam. Begitu juga perusahaan Lever Style, juga memindahkan produksi ke Vietnam.
Tak hanya itu, raksasa teknologi USA, Intel, juga memindahkan sebagian produksinya dari China ke Vietnam. 80 persen chip semi konduktor Intel diproduksi di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Raksasa elektronik Korea, Samsung, bergantung pada produksinya di Vietnam, yang menghasilkan 50 persen dari kesulurahan perangkat Samsung.
Strategi Vietnam, melalui peningkatan kemampuan tenaga ahli, ketersediaan lokasi industri, kemudahan perijinan, insentif, upah buruh terjangkau, membuat Ford dan juga Toyota Motor angkat kaki dari China pindah ke Vietnam.
Demikianlah negara Asia Tenggara tersebut berhadapan dengan rivalnya China. Ibarat perumpamaan "Apa yang tak mampu membunuhmu akan membuatmu jauh lebih kuat". Tekanan militer dan ekonomi China atas Vietnam, membuat negara itu "Super Nation".
Bahkan untuk sekelas adidaya Amerika Serikat, manuver Vietnam atas China sangatlah sulit dan kompleks untuk bisa dilakukan. Ancaman China menjadi motor dari niat serta kebijakan pemerintah Vietnam untuk tumbuh kuat.
Di Asia Tenggara sendiri, begitu masyarakat yg masih melihat Vietnam sebagai negara terbelakang. Salah besar, kita kadang begitu buta, kenyataannya Vietnam begitu jauh, kekuatan yg mempersiapkan diri untuk melawan dominasi China.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H