Mohon tunggu...
Leo Bisma
Leo Bisma Mohon Tunggu... Jurnalis - .

Punya ketertarikan dalam bahasan seputar media, jurnalisme, olahraga, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kemajuan Industri Otomotif Indonesia Berkat Revolusi 4.0

12 Desember 2019   17:46 Diperbarui: 12 Desember 2019   18:02 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal abad ke-20, Henry Ford membawa perubahan besar pada peradaban manusia dengan temuannya. Ia merupakan seorang pelopor terciptanya industri otomotif lewat perusahaan yang Ia dirikan, Ford Motor Company. Dunia otomotif menjadi peradaban baru yang juga menciptakan kelas menengah pada masyarakat.

Dan kemudian, setelah 1 abad beranjak dari kebangkitan industri otomotif, Berkat industri 4.0 yang mempengaruhi seluruh komponen kehidupan, industri otomotif mengalami perkembangan yang meroket dalam segala aspek. Beberapa hal yang paling dirasakan perbedaannya yakni terjadinya perampingan sumber daya dan usaha yang dibutuhkan, serta memunculkan peluang bisnis yang baru.

Indonesia selaku negara berkembang, menjadi negara yang turut mendapat imbas terbesar dari munculnya industri 4.0 khususnya dalam sektor otomotif. Industri otomotif Indonesia berkembang pesat lantaran banyaknya manufaktur perusahaan mobil yang membuka pabrik-pabrik baru dan menyasar pada pangsa pasar negara berkembang. Salah satunya Indonesia, negara yang termasuk dalam G-20 atau bisa dikatakan salah satu yang memiliki ekonomi terkuat di dunia.

Hal ini didukung dengan realitas pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diikuti juga dengan tren positif naiknya pendapatan perkapita Indonesia dari tahun ke tahun. Dilansir dari laman Finance.detik.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia meningkat menjadi US$ 3.927 atau sekitar Rp 56 juta per kapita per tahun di 2018. Angka tersebut naik dibandingkan tahun 2017 Rp 51,9 juta dan 2016 Rp 47,9 juta.

Uniknya, Sektor terbesar dalam produk domestik bruto yang ada di Indonesia yakni pada sektor retail, properti, dan otomotif. Oleh sebab itu, mengulik perkembangan Industri 4.0 terhadap industri otomotif di Indonesia cukup menarik untuk dibahas, seperti apa sajakah hal yang akan terjadi?

Industri otomotif mulai terkoneksi

Hal terpenting yang didapat dari terjadinya revolusi industri 4.0 yakni keterhubungan. Dalam kemajuan teknologi, sebuah perangkat akan terhubung dengan perangkat lainnya dengan koneksi internet. Data akan tersaji dengan mudah dan semua orang dapat memiliki akses untuk saling bertukar data. Hal mendasar ini menjadi peluang utama bagi industri otomotif untuk mengembangkan analisis canggih dan meningkatkan performa mesin, menciptakan semacam sensor untuk menggunakan mode hemat daya, dan hal-hal lainnya yang dapat dikembangkan.

Jika melihat kondisi otomotif saat ini, masih banyak hal yang belum tercapai dalam hal konektivitas diantara manusia dan performa kendaraan, namun hal tersebut bukan berarti tidak mungkin terjadi, dengan era Industri 4.0, Konektivitas yang optimal antara pengendara dengan kendaraannya akan terjadi.

Beberapa contoh peningkatan kualitas kendaraan terkait dengan majunya tekmologi yakni sistem Autopilot kendaraan yang tak lagi hanya sebuah purwarupa, namun juga menjadi fitur konvensional, kamera parkir, GPS yang terintegrasi, hingga sistem pengereman otomatis (ABS) yang juga berperan dalam meningkatkan standar keselamatan pengendara.

Saat ini, tren positif tersebut dipandang sangat strategis dalam meningkatkan jumlah pemasukan pada sektor otomotif, sebuah riset yang dilakukan oleh Automotive World, menyatakan bahwa salah satu manufaktur otomotif ternama, Bosch, mendapat peningkatan pendapatan hingga sebesar 25% dengan menempatkan fitur ABS dan fitur penstabil kelistrikan dalam produknya. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa bukan tidak mungkin sektor otomotif di Indonesia akan mengalami kemajuan bila para pelaku industri dan manufaktur mau berkiblat pada Industri 4.0 dalam merancang produknya.

Tantangan yang dihadapi

Selain potensi yang menggiurkan oleh terjadinya peningkatan secara besar-besaran pada Industri otomotif, tetap ada beberapa faktor penentu yang menjadi tantangan bagi perusahaan manufaktur otomotif. Beberapa hal yang menjadi tantangan antara lain dalam mengintegrasikan kontraktor manufaktur, manajemen data, serta pengamanan data.

Integrasi Kontraktor

Sistem kontrak manufaktur yang berlaku dalam produksi otomotif menjadi faktor terbesar. Indonesia selaku negara berkembang, tentunya akan banyak mengalami perubahan permintaan pasar dalam jangka pendek. Mengingat situasi tersebut, menjadi penting bagi Industri otomotif untuk memiliki koneksi yang baik serta mampu mengintegrasikan kontraktor untuk menyesuaikan rantai pasokan sesuai dengan permintaan pasar.

Manajemen data

Beriringan dengan Industri 4.0, sudah bergulir pula sebuah istilah bernama Big Data. Konektivitas yang terjadi dalam setiap perangkat membuat semua pengguna memiliki datanya masing-masing. Oleh karena itu akan terkumpul data pengguna dalam jumlah yang masif dan industri otomotif bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan dan memanajemen data yang dimiliki pelanggannya.

Data tersebut merupakan peluang bagi industri untuk melakukan analisis yang mendalam untuk mengembangkan produk mereka kedepannya. Sebuah perangkat lunak khusus juga penting untuk diadakan, yang berfungsi sebagai mesin analitik untuk menyesuaikan performa mesin berdasarkan kebutuhan pengendaranya.

Pengamanan Data

Seperti yang sudah dibahas dalam manajemen data, mengamankan data juga menjadi yang terpenting dalam melakukan fungsi pengawasan. Jumlah data yang sangat banyak tersebut dapat berpotensi untuk disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Oleh karena itu, privasi akan data yang dimiliki oleh pelanggan juga menjadi tantangan dalam menerapkan visi Industri 4.0.

Mengamankan data pengguna, berarti juga memberikan pelayanan berupa melindungi privasi dan kenyamanan pengguna. Mengingat juga perusahaan manufaktur cukup rentan terhadap serangan kejahatan siber, yang akan sangat berbahaya bagi keselamatan dan kerugian yang kemudian akan diderita pembeli produk jika kendaraan yang mereka gunakan kemudian diretas. 

Oleh sebab itu, dalam upaya menghadapi beberapa tantangan tersebut, Satu-satunya jalan yang harus di tempuh bagi pelaku industri otomotif  khususnya di Indonesia yakni dengan mengarahkan visi nya kearah otomatisasi dan visibilitas pada setiap elemen produknya.

Referensi:
detik.com, diakses 3 november 2019
automotiveworld.com, diakses 3 november 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun