Cipera itu sendiri merupakan masakan khas Karo yang terbuat dari potongan ayam kampung termasuk leher, sayap, kaki, hati,ampela dan dimasak dengan tepung jagung sampai empuk dan berkuah kental. Tepung jagungnya harus dari bulir tua jagung Medan, agar menghasilkan kuah yang kental. Bulir jagungnya disangrai terlebih dulu, kemudian ditumbuk menjadi tepung. Tepung jagung inilah yang sebenarnya disebut cipera .Â
Kuah kental ini bercitarasa pedas karena memakai cabe rawit, dan sedikit asam karena memakai asam cekala (dari buah kecombrang). Supaya pedasnya lebih menggigit dan mencuatkan karakter yang berbeda, ada juga yang menambahkan tuba (andaliman) sebagai bumbu. Selain ayam, juga dicampurkan jamur merang (atau jamur kuping dan jenis jamur lainnya) ke dalam kuah. Ayamnya dimasak hingga sangat lunak dan menyerap bumbu.
Menurut Kiki seorang kitchen helper di salah satu kafe di kota Medan masakan Cipera ini adalah makanan tradisional khas Karo yang hanya ada di acara-acara besar saja yang disajikan untuk bersenang-senang seperti saat acara pernikahan. Dan umbut makanan khas Karo yang selalu ada di waktu susah, seperti pada saat orang meninggal atau bencana alam karena bahannya mudah didapat.
Berbeda filosofi, Kiki kemudian menggabungkan cipera dan umbut dalam satu piring untuk dinikmati para juri. Sebuah plating yang sempurna. Makanan halal dari Karo untuk Indonesia .“Karena hidup itu penuh dengan suka dan duka".Â
Semoga kuliner Indonesia semakin berjaya dan dikenal diseluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H