Mohon tunggu...
Leo Gunawan
Leo Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Man Jadda wa Jada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kedai Kopi: Ruang Publik Simbolik Masyarakat Karo

31 Agustus 2023   16:25 Diperbarui: 31 Agustus 2023   16:27 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep ruang publik di sini yang dipahami secara kultural artinya menjadi aktivitas reflektif dari civil society.Dalam kaitannya dengan ruang publik, kedai kopi di Karo menjadi sebuah arena simbolik dari ruang publik masyarakat luas. 

Melalui pengamatan di beberapa kedai kopi dalam satu hari, ada beberapa pengunjung bahkan melakukan "ritual" ke kedai kopi tersebut dua sampai tiga kali dengan rata-rata waktu yang dipakai untuk hadir adalah minimal satu sampai dua jam. 

Perbincangan di kedai bergulir mulai dari hal yang tidak pernah direncanakan sebelumnya, secara spontan muncul dan kemudian berkembang menjadi sebuah kumpulan ide-ide dengan simpulan yang sangat menarik. Di sinilah muncul opini di dalam ruang publik, ketika perbincangan yang spontan mengalami transformasi atas pernyataan yang benar dan tepat. Pernyataan-pernyataan para pengunjung kedai kopi masing-masing dipertanyakan dan kemudian dijelaskan. 

Kedai kopi Karo menjadi sebuah locus yang menghadirkan orang-orang yang bukan hanya berkerumun sesaat atau sekedar tempat persinggahan melainkan melahirkan orang-orang pemikir dengan ide-ide dari sekelas tingkat rumah tangga sampai tingkat dunia. Luar biasa. 

Semua pengunjung kedai adalah ahli. Dan semuanya adalah pendengar yang baik. Ketika ada satu dari berbagai masalah yang ada di luar sana adalah perkara yang rumit namun di kedai kopi adalah semua perkara setingkat semesta dapat dipecahkan karena kedai kopi menjadi sebuah server informasi bagi masyarakat karo karena isu apa saja bisa didapatkan disana, mulai dari permasalahan ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.

Melihat kedai kopi di Karo maupun di berbagai tempat yang didiami orang Suku Karo seperti di Langkat, Deli Serdang, Simalungun, Dairi bahkan di luar propinsi Sumatera Utara seperti di Batam atau di Jakarta, meskipun telah muncul beragam cafe-cafe dengan tampilan lebih kekinian namun kedai kopi Karo seperti tidak bisa hilang dimanapun mereka berada.

Pada dasarnya orang Karo ke kedai kopi tidak sekedar minum. Tetapi komunikasi antar individu tersebutlah yang menjadi faktor utama. Tetapi jangan salah, meskipun di kota-kota besar, tapi emosional kesukuan dan cita rasa kedaerahan tidak akan pernah hilang.

Kedai kopi Karo menjadi seperti sebuah franchise dalam satu merk dagang dengan menu yang sama karena dimana saja pengunjung kedai kopi Karo akan menikmati teh, kopi, kopi susu, kopi telur dengan penyajian yang sama, bahkan untuk hiburan masyarakat karo di kedai kopi tentu saja siaran TV, musik karo, papan catur menjadi salah satu utilitas wajib di kedai kopi Karo.

Ikatan kedaerahan itupun muncul dengan ikatan simpul dari seluruh kedai kopi dengan cita rasa yang sama seperti di Karo. Untuk mengobati rasa rindu di perantauan tentu minum di Kedai Kopi Karo di luar Kabupaten Karo seperti di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, di Cililitan, di Bekasi, di Pasar Jodoh Batam, dan dimana saja akan sama seperti minum kopi seperti di Kabanjahe dan Berastagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun