Mohon tunggu...
Leny Latifaturohmah
Leny Latifaturohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello. My name is Leny Latifaturohmah. I have an interest in data science and graphic design. Usually I use my spare time to edit photos and videos. I need a long time for that. Meticulous in everything, punctuality, and discipline is important to me. No wonder people call me a perfectionist.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi 5G Menghadirkan Inovasi untuk Bedah Robotik dan Perawatan Kanker di Wilayah Terpencil

4 Oktober 2024   21:43 Diperbarui: 4 Oktober 2024   21:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang dokter yang menggunakan teknologi bedah robotik canggih berbasis 5G. (Sumber: surgical-solutions.com)

Teknologi 5G Menghadirkan Inovasi untuk Bedah Robotik dan Perawatan Kanker di Wilayah Terpencil

Teknologi jaringan 5G telah membuka peluang baru yang menjanjikan bagi berbagai bidang, termasuk bedah robotik dan perawatan kanker. Dalam artikel yang ditulis oleh Pandav, Te, Tomer, Nair, dan Tewari (2022), dibahas secara komprehensif bagaimana teknologi ini dapat merevolusi pendekatan tradisional terhadap perawatan kesehatan, terutama dalam konteks bedah jarak jauh. Robotic surgery, yang sebelumnya terkendala oleh masalah latensi dan reliabilitas, kini mendapat dukungan penuh dari teknologi 5G. Dengan kecepatan transfer data mencapai 10 Gbps, teknologi ini dapat mengatasi masalah yang pernah dihadapi pada awal tahun 2000-an, seperti tingginya latensi yang menghambat efektivitas prosedur bedah jarak jauh.

Pandav dkk. (2022) menjelaskan bahwa kemampuan jaringan 5G untuk memfasilitasi komunikasi real-time dengan latensi di bawah 150 milidetik memberikan peluang untuk bedah jarak jauh di mana saja di dunia, termasuk di daerah pedesaan yang sebelumnya sulit diakses. Fakta bahwa di Amerika Serikat, rumah sakit yang menerapkan bedah robotik meningkat sebesar 8,4 kali lipat hanya dalam kurun waktu enam tahun (2012 hingga 2018) menunjukkan seberapa cepat teknologi ini diadopsi di negara-negara maju. Namun, masalah besar muncul ketika kita berbicara tentang kesenjangan akses di antara daerah perkotaan dan pedesaan, di mana pasien di daerah terpencil sering kali harus menunggu lebih lama atau melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan perawatan bedah. Oleh karena itu, 5G hadir sebagai solusi revolusioner yang dapat meratakan akses terhadap perawatan berkualitas tinggi.

Seperti yang diuraikan dalam artikel ini, bedah berbasis 5G tidak hanya menyelesaikan masalah teknis, tetapi juga membuka pintu untuk pengembangan lebih lanjut dalam telemedicine dan prosedur bedah yang didukung kecerdasan buatan, menciptakan harapan baru bagi masa depan kesehatan global.

***

Penerapan teknologi 5G dalam bidang bedah robotik tidak hanya memberikan keuntungan teknis, tetapi juga berpotensi untuk mengatasi kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan, terutama di daerah-daerah yang kurang terlayani. Di Amerika Serikat, menurut Pandav dkk. (2022), penggunaan bedah robotik telah meningkat drastis di rumah sakit besar, namun keterbatasan akses tetap menjadi masalah utama di daerah pedesaan. Fakta bahwa ahli bedah robotik cenderung terkonsentrasi di pusat-pusat perkotaan telah menyebabkan pasien kanker di daerah terpencil menghadapi keterlambatan dalam mendapatkan perawatan. Dalam kasus kanker prostat, misalnya, studi ini menyebutkan bahwa pasien memiliki kemungkinan 1,1 hingga 1,2 kali lebih besar untuk mengalami penundaan perawatan karena jarak yang harus ditempuh lebih jauh dibandingkan dengan pasien di kota besar.

Dengan 5G, kendala jarak ini dapat diminimalisir. Prosedur bedah jarak jauh kini dapat dilakukan tanpa gangguan, dengan latensi yang sangat rendah, sehingga memungkinkan ahli bedah di kota besar untuk melakukan operasi pada pasien di daerah terpencil secara real-time. Salah satu contoh sukses dari penerapan ini terjadi di Tiongkok pada 2018, di mana operasi hepatektomi dilakukan pada model hewan dengan latensi kurang dari 150 milidetik, jarak antara ahli bedah dan lokasi operasi mencapai 48 km (Pandav dkk., 2022). Bahkan, di Italia pada tahun 2019, bedah laser mikroskopis dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan 5G, menghasilkan penilaian tinggi dari ahli bedah terhadap kualitas video (9,67/10) dan audio (10/10).

Namun, teknologi ini tidak tanpa tantangan. Infrastuktur yang diperlukan untuk mengimplementasikan 5G di seluruh dunia, terutama di wilayah terpencil, masih dalam tahap awal pengembangan. Menurut laporan T-Mobile (2020), jaringan 5G di daerah pedesaan AS hanya mencapai kecepatan unduh rata-rata sebesar 53,4 Mbps, jauh di bawah potensi maksimum 5G. Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan sistem bedah robotik yang kompatibel dengan jaringan 5G, yang tentunya akan menjadi hambatan utama dalam penerapan massal di negara berkembang.

***

Teknologi 5G menawarkan masa depan yang menjanjikan bagi bedah robotik dan perawatan kanker, terutama dalam menjembatani kesenjangan akses layanan kesehatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Seperti yang dijelaskan oleh Pandav dkk. (2022), dengan latensi rendah dan kecepatan transfer data tinggi, 5G mampu memberikan solusi terhadap masalah keterlambatan perawatan yang selama ini dialami oleh pasien di daerah terpencil. Prosedur bedah jarak jauh yang dulu tidak dapat dilakukan karena keterbatasan teknologi kini menjadi mungkin, memberikan harapan baru bagi pasien yang sebelumnya tidak terjangkau oleh layanan medis canggih.

Namun, penerapan luas teknologi ini masih memerlukan kesiapan infrastruktur, terutama di wilayah pedesaan dan negara berkembang. Tantangan dalam hal biaya dan kompatibilitas teknologi harus diatasi agar manfaat dari 5G ini dapat dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya di negara-negara maju. Dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, serta kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan penyedia layanan kesehatan, 5G berpotensi menjadi pengubah permainan dalam dunia kesehatan global.

Referensi

Pandav, K., Te, A. G., Tomer, N., Nair, S. S., & Tewari, A. K. (2022). Leveraging 5G technology for robotic surgery and cancer care. Cancer Reports, 5(e1595). https://doi.org/10.1002/cnr2.1595

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun