"Ya Allah, sebenarnya yang salah ini siapa? Apakah lelaki akhir zaman memang seperti ini, hanya memahami hak tanpa sadar akan kewajibannya? Atau hanya suamiku saja, ya Allah?" bisik Marni dalam hati.
Sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana. Satu-satunya yang terpikir di benaknya hanyalah memberikan kado istimewa, tepat di hari ulang tahunnya.
"Kenapa melamun, Mar? Ini apa isinya?" tanya Parto membuyarkan lamunan Marni.
"Buka saja," jawab Marni tenang.
Tanpa pikir panjang, Parto membuka bungkusan itu dan terbelalak melihat isinya.
"Kok cermin? Buat apa?" tanya Parto.
"Biar Mas Parto bisa melihat lebih jelas, seperti apa dirimu sebenarnya, gak hanya pinter menilai orang lain saja. Coba Mas berkaca, Mas akan menyadari bahwasanya orang yang ada di pantulan cermin itu juga bisa salah, bahwa orang yang ada di cermin itu juga punya borok dan nanah, bahwa orang ...."
"Kau ...."
Belum selesai Marni berbicara, Parto sudah memotongnya dengan wajah merah padam menahan amarah.