Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan pendidikan anak di Indonesia. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan, salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Panggil Saya Profesor, Catatan untuk Pak Fathul

21 Juli 2024   10:49 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:52 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur, saya sangat apresiasi dan mendukung Pak Fahtul yang Rektor UII karena tidak mau dipanggil "prof" atau "profesor", selain untuk urusan akdemik seperti ijazah dan transkrip nilai mahasiswa. Keputusan Pak Fathul harus dihormati (walau mungkin banyak yang tidak setuju). Tapi permintaan tidak mau dipanggil profesor Pak Fathul harus dilihat sebagai otokritik seorang guru besar dan kampus, atas beberapa alasan berikut:

1. Perlunya upaya desakralisasi jabatan atau pangkat profesor. Profesor bukan "kasta" melainkan capaian dedikasi ilmiah dan akademik sehingga jangan malah menciptakan jarak sosial atau status di kalangan kampus itu sendiri.

2. Profesor sebagai capaian akademik di kampus, bukan malah jadi status sosial yang kini diburu banyak orang (apalagi di luar kampus) sehingga menghalalkan segala cara untuk meraih gelar profesor atau pengen dipanggil "Prof", sangat kerdil sekali bila hanya sebatas itu.

3. Profesor itu justru melekatkan seseorang terhadap tanggung jawab ilmiah untuk berkontribusi secara keilmuan dan selalu melantangkan kebenaran ilmiah. Bahkan ada tanggung jawab sosial seorang profesor untuk mengkritisi kebijakan pemerintah atau publik secara objektif, bukan malah menjadi status biar dianggap keren.

4. Siapapun yang bergelar profesor landasannya moral, bukan material apalagi hanya untuk popularitas. Profesor itu hidupnya di kampus, bukan lebih banyak di luar kampus. Profesor sebagai jalan moral, bukan jalan material.

5. Profesor itu amanah besar untuk menjunjung tinggi ilmu yang bisa dimplementasikan ke masyarakat, bukan untuk kepentingan status individu. Sama sekali tidak relevan tanggung jawab akademik dibawa-bawa ke ranah publik, apalagi hanya untuk sebutan atau dokumen seperti kartu nama.

Jadi, jangan panggil lagi profesor, Cukup panggil Pak atau Bu! Agar tidak ada jarak sosial antara orang kampus dengan rakyat jelata. Ilmu dan pemilik ilmu itu harus lebih egaliter, lebih membumi agar lebih banyak manfaatnya kepada umat. Untuk apa jadi profesor, hanya untuk keren-kerenan di publik. Terima kasih Pak Fathul, salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun