Wajahnya tenang, dia sangat pelan berjalan mendekatiku. Wajahnya sangat tenang, tangannya bersiaga, kakinya berjalan seolah teratur. Matanya tajam dan waspada.
“aaaaaaaaaarrggghhh”. Teriak lukman dari belakang dengan tiba-tiba. Dia membawa sebatang besi berlari kearah lelaki kekar itu berniat memukulnya dari belakang. Tapi nahas, lelaki itu tak kaget sedikitpun, dengan cepat dia berbalik, lalu melompat sambil menenendang lukman, lukman terjengkang, secepat kilat ia berhasil menusuk punggung lukman yang terjenkang dengan paranganya. Lukman terdiam bersimbah darah.
Aku nekat menabraknya dari belakang. Kami jatuh berguling. Akhirnya dengan susah payah aku mengambil batang besi lukman tadi. Kupukulkan ke punggung lelaki biadab itu, tetapi dia cepat bangun dan menyerangku dengan sangat cepat, parangnya berayun sangat cepat hingga seolah tak terlihat.
Aku melangkah mundur dengan cepat, lalu tiba-tiba pria itu terjatuh bersungkur ke tanah. Sebuah parang menancap di punggungnya.
“cepat kita lari, Lukman meninggal, kita tinggalkan saja. Ayo cepat”. Teriak kamelia sambil menarik tanganku, kami berlari menuju persawahan dan perkebunan.
Yang dikatakan kamelia hanya satu, cari tempat aman, jauhi jalan besar dan tempat ramai.