Mohon tunggu...
lentera di bukit jimbaran
lentera di bukit jimbaran Mohon Tunggu... profesional -

lahir di jakarta, tumbuh, malang melintang dalam kehidupan metropolis jakarta dengan segala hiruk pikuknya dan ketika orde baru tumbang lalu hijrah ke Bali, sampai sekarang. senang menulis apa saja, mengolah kata-kata menjadi kalimat-kalimat dan paragraf, selain untuk ungkapkan rasa dan pikir, juga dalam rangka karsa-nya sebagai lentera, berbagi terang yang menghangatkan kepada sekitar. saat ini masih tetap berproses menjadi \\\"manusia yang adaptable, understanding, dan rahmat bagi alam semesta\\\".

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Politisi Abal-Abal

20 April 2019   01:03 Diperbarui: 20 April 2019   01:33 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamu gak sadar ya, udah dibikin sibuk...

Berbaku kata dan kalimat,

Meski katanya demi bela negara

Padahal kan sudah ada tentara....

Ah, andai negara mewajibkan semua warganya

Untuk ikut wajib militer, kamu mau kah?

Lumayan, ngurangi jumlah bayar pajak...

Kamu gak sadar ya, udah dipaksa...

Beradu opini, unjuk kompetensi

Hingga lupa diri, dan anak istri

Bahkan budi pekerti dan harga diri..

Padahal itu jadi bahan medsos dan televisi

Yang saling berkompetisi untuk rating yang tinggi...

Kamu gak sadar ya, udah diajak berjudi...

Mengabaikan kewajiban, menyisakan permusuhan,

Melupakan persaudaraan, harga diri digadaikan?

Bukankah itu sama dengan judi?

Ya, judi bukan hanya bertaruh uang dan harta, 

Lalu siapa yang diuntungkan, teman?

Kamu gak sadar ya, udah dipermainkan,

Oleh sejumlah kepentingan,

Yang jauh lebih luas dari sekedar jaringan

Seukuran jaring laba-laba atau jaring nelayan

Atau seukuran kepalan tangan,

Atau seukuran besarnya otak di kepala

Ya, ukuran jaringan itu, seluas dunia, kawan...

Kamu gak sadar ya, udah dihasut,

Dengan kejamnya lidah dan jahatnya hasat,

Karena ambisi mereka yang berhasrat dengan syahwat,

Pada kekuasaan dan popularitas yang amat berat

Padahal semua sudah diatur-NYA,

Atau diatur mereka..., semua kembali ke niat...

Kamu gak sadar ya, tindakanmu telah melewati batas

Norma, agama, budaya dan realitas...

Bahkan logika sehat jadi dilindas dan tertindas...

Dan yang kamu inginkan menjadi bias...

Meski dasarnya agama yang penuh kasih...

(diam itu emas--belajar dari para politisi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun