Mohon tunggu...
lentera di bukit jimbaran
lentera di bukit jimbaran Mohon Tunggu... profesional -

lahir di jakarta, tumbuh, malang melintang dalam kehidupan metropolis jakarta dengan segala hiruk pikuknya dan ketika orde baru tumbang lalu hijrah ke Bali, sampai sekarang. senang menulis apa saja, mengolah kata-kata menjadi kalimat-kalimat dan paragraf, selain untuk ungkapkan rasa dan pikir, juga dalam rangka karsa-nya sebagai lentera, berbagi terang yang menghangatkan kepada sekitar. saat ini masih tetap berproses menjadi \\\"manusia yang adaptable, understanding, dan rahmat bagi alam semesta\\\".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak-anak dan Jati Emas, Sebuah Investasi Jangka Panjang

21 Juli 2010   02:26 Diperbarui: 14 Juli 2015   00:27 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Catatan Kecil Jelang Hari Anak Nasional 2010)

Sambil mendengarkan lagu di bawah ini, gak terasa air mata menitik, tenggorokan tercekat, hati berdebur, jari-jemari menari cepat di atas keyboard seakan berlomba dengan pikiran-pikiran yang terus mengalirkan kalimat untuk ungkapkan rasa.

Tanpa mengurangi hormat dan penghargaan saya kepada teman-teman yang sedang sibuk dan bekerja keras untuk merayakan hari anak nasional, saya ingin berbagi rasa, bahwa betapa HARI ANAK INDONESIA yang dirayakan diberbagai tempat dan instansi setiap tahun sejak Hari Anak Nasional dicanangkan jatuh setiap tanggal 23 Juli, belum benar-benar menyentuh mereka....

coba simak lirik lagu ini:

Nasib Si Buyung

Kawan, coba kau lihat di sana
di seberang jalan, di bawah bukit yang kecil
tampak si buyung menangis menjerit di pangkuan ibunya

sehari sesuap nasi tak ia dapati
sebulan kelaparan dan hanya menangis
tetes airmata ibunya jatuh tak tertahan nasib hari ini

oh, tegakah hatimu,
melihat sesama kita kelaparan
oh, tegakah hatimu,
melhat tangis si buyung dan nasib ibunya

mari ulurkan tangan, dengan hati yang hangat
untuk dapat meleraikan tangisnya
mari kita tersenyum mengajak ia bercanda
agar ia merasakan dunia ini penuh cinta kasih

kita, tak akan rugi bila setiap hari
mengulurkan tangan pada sesama
tuhan pasti mengerti yang kita perbuat dan membalasnya
coba kita bicara pada mereka
betapa kasihnya alam ini
bulan bintang malam ceria begitu indahnya
semua untuk kita

itu baru satu lagu. Masih ada lagi lagu-lagu lain tentang simpati dan empati bagaimana rasanya menjadi anak-anak lain, misalnya anak nelayan, anak yang buta, anak yang terbuang, anak jalanan, anak yatim piatu, anak petani, anak yang jauh di rantau, anak-anak yang mengamen di jalanan hanya untuk sesuap nasi yang banyak dikira pengemis padahal mereka seniman2 kecil, atau lagu tentang seorang anak yang dibesarkan hanya oleh seorang ibu dan bertekad membahagiakan ibunya, dan lain-lain. lagu-lagu itu dinyanyikan Julius Sitanggang, 30 tahunan silam... lagu-lagu yang begitu didominasi tentang realitas sosial, tentang simpati dan empati pada sesama manusia, sangat menyentuh hati dan jiwa setiap yang mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun