Mohon tunggu...
lentera di bukit jimbaran
lentera di bukit jimbaran Mohon Tunggu... profesional -

lahir di jakarta, tumbuh, malang melintang dalam kehidupan metropolis jakarta dengan segala hiruk pikuknya dan ketika orde baru tumbang lalu hijrah ke Bali, sampai sekarang. senang menulis apa saja, mengolah kata-kata menjadi kalimat-kalimat dan paragraf, selain untuk ungkapkan rasa dan pikir, juga dalam rangka karsa-nya sebagai lentera, berbagi terang yang menghangatkan kepada sekitar. saat ini masih tetap berproses menjadi \\\"manusia yang adaptable, understanding, dan rahmat bagi alam semesta\\\".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak-anak dan Jati Emas, Sebuah Investasi Jangka Panjang

21 Juli 2010   02:26 Diperbarui: 14 Juli 2015   00:27 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, belum ada yang namanya HARI ANAK NASIONAL, belum dicanangkan oleh pemerintah. belum ada kemeriahan upacara dan pesta serta formalitas pidato kenegaraan yang begitu banyak menghabiskan biaya, tenaga, waktu dan pikiran berbagai instansi yang terkait dengan anak-anak, dari mulai jajaran terendah hingga di tingkat pusat.

Pernahkah kita terpikirkan untuk membahagiakan mereka, tanpa pilih kasih? Memang, ada kendala dngan terbatasnya dana, maka mereka harus diseleksi untuk bisa ikut diundang di kegiatan pusat, dilombakan, dilatih.... Bisakah kita mengusahakan agar semua menikmatinya, dengan cara melakukan kerjasama dengan berbagai instansi lain yg tidak terkait langsung dengan anak, misalnya BULOG memberikan bantuan makanan sehat, obyek-obyek wisata memberi kupon bebas masuk menikmati obyek wisata gratis sehari saja, transportasi memberi kebebasan biaya naik angkutan umum untuk anak, semua untuk anak, sehari saja tanpa biaya.....

Saya yakin... Hari Anak Nasional menjadi lebih bermakna sebagai sebuah gerakan yang benar-benar menunjukkan empati kita kepada anak-anak kita, sebagai generasi penerus bangsa. Ibarat kita menanam Pohon Jati Emas, memang mahal harga bibitnya sekarang, tapi jika kita tanam sekarang, 30 tahun yang akan datang kita akan panen kayu jati emas yang luar biasa mahal harganya.....

Tapi saya gak bisa menanam pohon jati itu sendiri saja. saya tidak mampu menanam pohon jati banyak-banyak, mungkin hanya sepuluh pohon yang bisa saya tanam sekarang. Pohon-pohon jati emas....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun