Dulu, belum ada yang namanya HARI ANAK NASIONAL, belum dicanangkan oleh pemerintah. belum ada kemeriahan upacara dan pesta serta formalitas pidato kenegaraan yang begitu banyak menghabiskan biaya, tenaga, waktu dan pikiran berbagai instansi yang terkait dengan anak-anak, dari mulai jajaran terendah hingga di tingkat pusat.
Pernahkah kita terpikirkan untuk membahagiakan mereka, tanpa pilih kasih? Memang, ada kendala dngan terbatasnya dana, maka mereka harus diseleksi untuk bisa ikut diundang di kegiatan pusat, dilombakan, dilatih.... Bisakah kita mengusahakan agar semua menikmatinya, dengan cara melakukan kerjasama dengan berbagai instansi lain yg tidak terkait langsung dengan anak, misalnya BULOG memberikan bantuan makanan sehat, obyek-obyek wisata memberi kupon bebas masuk menikmati obyek wisata gratis sehari saja, transportasi memberi kebebasan biaya naik angkutan umum untuk anak, semua untuk anak, sehari saja tanpa biaya.....
Saya yakin... Hari Anak Nasional menjadi lebih bermakna sebagai sebuah gerakan yang benar-benar menunjukkan empati kita kepada anak-anak kita, sebagai generasi penerus bangsa. Ibarat kita menanam Pohon Jati Emas, memang mahal harga bibitnya sekarang, tapi jika kita tanam sekarang, 30 tahun yang akan datang kita akan panen kayu jati emas yang luar biasa mahal harganya.....
Tapi saya gak bisa menanam pohon jati itu sendiri saja. saya tidak mampu menanam pohon jati banyak-banyak, mungkin hanya sepuluh pohon yang bisa saya tanam sekarang. Pohon-pohon jati emas....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H