Mohon tunggu...
Leni Nurhafidah
Leni Nurhafidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia

Manusia biasa yang senang menyampaikan hal lewat kata. Hai aku Leni, mari belajar bersama!^^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sempat Ada Duka di Kota Istimewa: Merapi 2010

15 November 2023   07:58 Diperbarui: 15 November 2023   22:30 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daerah Istimewa Yogyakarta, sama seperti namanya kota ini sangat istimewa. Kota yang masih menjunjung tinggi nilai kebudayaan ini memiliki daya tarik tersendiri, setiap sudut dari kota ini memiliki kekhasan tersendiri yang mana menjadi daya tarik wisatawan. 

Selain itu, peninggalan-peninggalan sejarah masih terawat diantaranya candi-candi, monumen bersejarah, museum hingga kisah-kisah legendaris yang masih menjadi cerita menarik bagi para pendengar sampai saat ini. Namun, dibalik keindahan tersebut pasti ada hal pilu yang sempat membelenggu, sebuah kepedihan bagi kota yang penuh kedamaian ini.

Tepatnya hari Jumat tanggal 5 November 2010, di mana pada saat itu menjadi hari yang pilu penuh tangis bagi Yogyakarta dan Indonesia tentunya. Hari di mana Gunung Merapi menjalankan hak nya dengan sebuah erupsi yang dahsyat dan merenggut banyak tawa. 

Kedamaian kota ini seketika lenyap dimakan panasnya semburan Gunung Merapi yang meluluhlantahkan setiap hal yang ada di depannya, tepatnya pada Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali, dan Sleman.

Mengulas kembali tragedi tahun 2010, daerah di Indonesia sendiri memang rentan mengalami letusan gunung berapi karena Indonesia merupakan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik yang mana pertemuan antara 3 lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik dengan hal tersebut memicunya terjadi gempa, tsunami hingga meletusnya gunung berapi. 

Hingga saat ini terdapat 127 gunung berapi yang masih aktif di Indonesia dan salah satunya Gunung Merapi yang meletus pada tahun 2010 lalu. Peristiwa tersebut diawali dengan naiknya status Waspada level II pada 20 September 2010 kemudian terus mengalami kenaikan hingga peningkatan yang sangat tajam pada 24 Oktober 2010. 

Kemudian, keesokan harinya status Gunung Merapi menjadi Awas level IV yang mana membuat warga panik. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi pun meletus dengan material letusan mencapai 12 km dan luncuran awan panas sejauh 8 km, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisi itu sudah memakan 34 korban jiwa dan salah satunya juru kunci Gunung Merapi ialah Mbah Maridjan. 

Sungguh hari yang pilu, namun itu belum selesai. Setelah letusan tersebut hari-hari berikutnya pun sama, kondisi yang diharapkan akan membaik ternyata tidak benar adanya, sepanjang rentang waktu hingga akhir bulan Oktober Gunung Merapi masih mengalami letusan-letusan kecil dan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik hingga 3 November 2010. 

Hingga pada puncaknya yakni 5 November 2010 ialah hari di mana Gunung Merapi mengalami erupsi yang sangat dahsyat  dengan ketinggian material hingga 17 km dan awan panas mencapai 16 km disertai kubah lava dengan volume 3,5 juta m3 memakan segala hal yang ada di depannya. Kejadian tersebut memakan ratusan korban jiwa yakni 386 orang, banyak tangis dan hilangnya tawa sebabnya.

Pada peristiwa tersebut ada beberapa hal yang terjadi, diantaranya  bisikan yang dialami oleh istri Pak Tugiman yakni tentang bisikan untuk berpindah tempat pengungsian pada 3 November sebelum terjadinya fenomena dahsyat tersebut hingga Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi meninggal dunia menjadi korban erupsi tersebut. 

Saat ditemukan jasad Mbah Maridjan, beliau berada di dalam masjid dalam keadaan bersujud dan menggunakan kain sarung, karena ternyata sebelumnya pada proses evakuasi Mbah Maridjan menolak untuk dievakuasi, beliau memilih untuk berdiam di masjid bersama anaknya. Hal tersebut menjadi suatu bukti akan bentuk pengabdian dan profesionalitas beliau yang secara ikhlas mengabdikan dirinya hingga akhir hayatnya. 

Mampu dirasakan betapa kelam dan kacaunya saat kejadian itu berlangsung dan keindahan Yogyakarta seketika lenyap oleh perasaan pilu. Gunung Merapi tak pandang bulu, tidak melihat siapa yang akan menjadi korbannya. Mulai dari anak-anak yang tak memiliki salah apapun hingga orang tua sampai orang terkemuka pun ikut menjadi korban. 

Banyak yang hilang mulai dari perasaan damai, harta benda hingga nyawa. Kerusakan terjadi di mana-mana, kerusakan material, perekonomian warga yang pastinya menurun dan kondisi sosial hingga psikologis warga sekitar pun ikut terdampak. Hal pilu tersebut menjadi catatan kelam bagi Yogyakarta.

13 tahun telah berlalu, kisah kelam biarlah menjadi sejarah dan pegingat bagi kita bahwa alam ikut hidup bersama kita dan bencana suatu pertanda agar kita terus bersyukur dan ingat kepada sang Pencipta. Seperti yang tertulis dalam salah satu tembok museum mini yaitu rumah peninggalan salah satu penduduk, 

Coretan dinding Museum Mini Sisa Hartaku berisi pesan-pesan dari warga yang selamat. (Yogyakarta, 10 November 2023
Coretan dinding Museum Mini Sisa Hartaku berisi pesan-pesan dari warga yang selamat. (Yogyakarta, 10 November 2023

"Sesuatu yang paling kita syukuri dalam suatu peristiwa adalah Keselamatan...". 

Maka dari itu orang yang mendapatkan keselamatan janganlah terus berlarut dalam keterpurukan melainkan mari bangkit dan berkarya melanjutkan kehidupan baru agar menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut adalah upaya untuk membenahi diri.

Dari kisah tersebut kini kondisi Yogyakarta telah membaik banyak area yang terkena dampak mencoba memutar otak agar kehidupan dan perekonomian terus berjalan kembali. Dan ternyata kini benar adanya, Yogyakarta kembali bangkit mengepakan sayapnya diantaranya ada beberapa area yang dijadikan objek wisata yaitu Merapi Lava Tour, The World Landmark Merapi Park, Batu Alien, Museum mini yang merupakan peninggalan salah satu penduduk tersebut dan masih banyak lagi. 

Kemudian, area yang terkena endapan vulkanik kini menjadi lahan yang subur sehingga warga dapat bertani. Hal tersebut menunjukan bahwa hal terburuk sekalipun jika kita telusuri ada makna yang tersembunyi dan yang hilang pasti kembali datang dengan bentuk yang tak pernah terbayang.

____

Leni Nurhafidah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus di Purwakarta

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun