Daerah Istimewa Yogyakarta, sama seperti namanya kota ini sangat istimewa. Kota yang masih menjunjung tinggi nilai kebudayaan ini memiliki daya tarik tersendiri, setiap sudut dari kota ini memiliki kekhasan tersendiri yang mana menjadi daya tarik wisatawan.Â
Selain itu, peninggalan-peninggalan sejarah masih terawat diantaranya candi-candi, monumen bersejarah, museum hingga kisah-kisah legendaris yang masih menjadi cerita menarik bagi para pendengar sampai saat ini. Namun, dibalik keindahan tersebut pasti ada hal pilu yang sempat membelenggu, sebuah kepedihan bagi kota yang penuh kedamaian ini.
Tepatnya hari Jumat tanggal 5 November 2010, di mana pada saat itu menjadi hari yang pilu penuh tangis bagi Yogyakarta dan Indonesia tentunya. Hari di mana Gunung Merapi menjalankan hak nya dengan sebuah erupsi yang dahsyat dan merenggut banyak tawa.Â
Kedamaian kota ini seketika lenyap dimakan panasnya semburan Gunung Merapi yang meluluhlantahkan setiap hal yang ada di depannya, tepatnya pada Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali, dan Sleman.
Mengulas kembali tragedi tahun 2010, daerah di Indonesia sendiri memang rentan mengalami letusan gunung berapi karena Indonesia merupakan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik yang mana pertemuan antara 3 lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik dengan hal tersebut memicunya terjadi gempa, tsunami hingga meletusnya gunung berapi.Â
Hingga saat ini terdapat 127 gunung berapi yang masih aktif di Indonesia dan salah satunya Gunung Merapi yang meletus pada tahun 2010 lalu. Peristiwa tersebut diawali dengan naiknya status Waspada level II pada 20 September 2010 kemudian terus mengalami kenaikan hingga peningkatan yang sangat tajam pada 24 Oktober 2010.Â
Kemudian, keesokan harinya status Gunung Merapi menjadi Awas level IV yang mana membuat warga panik. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi pun meletus dengan material letusan mencapai 12 km dan luncuran awan panas sejauh 8 km, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisi itu sudah memakan 34 korban jiwa dan salah satunya juru kunci Gunung Merapi ialah Mbah Maridjan.Â
Sungguh hari yang pilu, namun itu belum selesai. Setelah letusan tersebut hari-hari berikutnya pun sama, kondisi yang diharapkan akan membaik ternyata tidak benar adanya, sepanjang rentang waktu hingga akhir bulan Oktober Gunung Merapi masih mengalami letusan-letusan kecil dan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik hingga 3 November 2010.Â
Hingga pada puncaknya yakni 5 November 2010 ialah hari di mana Gunung Merapi mengalami erupsi yang sangat dahsyat  dengan ketinggian material hingga 17 km dan awan panas mencapai 16 km disertai kubah lava dengan volume 3,5 juta m3 memakan segala hal yang ada di depannya. Kejadian tersebut memakan ratusan korban jiwa yakni 386 orang, banyak tangis dan hilangnya tawa sebabnya.
Pada peristiwa tersebut ada beberapa hal yang terjadi, diantaranya  bisikan yang dialami oleh istri Pak Tugiman yakni tentang bisikan untuk berpindah tempat pengungsian pada 3 November sebelum terjadinya fenomena dahsyat tersebut hingga Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi meninggal dunia menjadi korban erupsi tersebut.Â