Mohon tunggu...
Leni Priska
Leni Priska Mohon Tunggu... Guru - Guru

PROFIL PENULIS Penulis bernama Leni Priska, S.Pd. Lahir di Jakarta ,11 Agustus. Penulis sudah berkelut didunia pendidikan lebih dari satu dekade .Saat ini penulis adalah seorang guru kimia di Saint Peter School, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ditahun 2019 penulis menjadi Trainer of School Innovative Program, pada tahun 2016 menjadi salah satu nominasi Instruktur Nasional dan Guru Prestasi di Jakarta Utara.Pada tahun 2014 mendapatkan award Initiative Teacher ,dan pada tahun 2013 mendapatkan award Creative Teacher dari Sekolah Tunas Bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Air Masa Depan

12 April 2022   17:35 Diperbarui: 12 April 2022   18:18 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertumbuhan populasi manusia terus meningkat, seiring pertambahannya limbah yang dihasilkan pun bertambah. Limbah plastik saat ini menjadi salah satu limbah terbesar yang memberi dampak besar terhadap lingkungan.

Melansir dari cnnindonesia.com ditemukannya paus sperma yang meninggal dengan limbah plastik dengan berat hingga 100kg di sebuah pantai Skotlandia, juga kasus yang sama terjadi di Indonesia di Laut Taman Nasional Wakatobi seberat 13 kilogram, menelan plastik dapat memberikan paus rasa kenyang yang salah, paus akan makan lebih sedikit makanan nutrisi yang mereka butuhkan.

Banyak upaya dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengurangi populasi plastik. Salah satunya mengurangi penggunaan plastik dalam berbelanja disupermarket juga mengurangi penggunaan sedotan yang terbuat dari plastik ataupun mendaur ulang plastik untuk digunakan kembali menjadi barang yang bermanfaat dan bisa menjaga kelestarian lingkungan.

Penggunaan plastik banyak ditemukan dalam berbagai kemasan produk kebutuhan sehari - hari, salah satunya adalah produk air kemasan. Saat ini plastik menjadi juara dalam kemasan air mineral yang kita gunakan.

Bagaimana sains dan teknologi mengemas air dimasa depan? Hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak dan diperlukan sinergi dan kerjasama untuk mencapai lingkungan yang bersih dan sehat.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Pembelajaran sains kali ini mencoba membuat sebuah air yang mungkin akan menjadi air masa depan, dimana tidak lagi menggunakan plastik untuk dibuat.

Ethan dan michael merupakan siswa kelas 3 (tiga) SD yang sedang mencoba membuat bagaimana mengemas air tanpa plastik.

Saya menyiapkan larutan yang mengandung alginat ( merupakan polisakarida alami yang diolah dari rumput laut cokelat) dan larutan garam basa, mereka pun sangat antusias dalam membuatnya.

Mereka pun bertanya, " bu berapa banyak bola air yang harus dibuat agar bisa memenuhi kebutuhan air manusia dalam sehari"?

Wow pertanyaan kamu hebat sekali nak, tubuh manusia rata-rata membutuhkan kurang lebih 2 liter per hari , berapa banyak bola air yang kita butuhkan tergantung ukuran bola yang kamu gunakan, jika kamu membuat bola air dengan volume air 100 ml maka kita butuh 20 bola air dalam sehari.

Bagaimana air ini diproduksi secara massal dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan juga percobaan agar air yang dihasilkan lebih hyginis, mudah serta murah dalam produksi nya juga dapat menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi penerus kita. Semoga kelak kalian merupakan salah satu pemilik perusahaan bola air ini (air masa depan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun