Bisa kita lihat faktor dari buku, dunia terasa dimiliki sepenuhnya. Terutama sebagai penggerak pendidikan, siswa dan mahasiswa perlu adanya kehausan untuk membaca buku apapun itu bukunya, jangan menutup diri dengan keilmuwan yang diluar dari minat kita.
Ketika semua keilmuwan kita buka lebar untuk mempelajarinya, kita sudah menggenggam  separuhnya dunia ini, apalagi yang mempunyai inisiatif waktu dan uang untuk punya target beli buku atau berkunjung ke perpustakaan untuk membaca, seluruh dunia akan ada pada genggamannya. Untuk siswa dan mahasiswa perlu adanya motivasi baca dan target seperti itu karena belajar bukan seberapa hebat kamu memahami apa yang dijelaskan guru atau dosen tapi seberapa baiknya kita memulai dengan keilmuwan lain luar dari yang di bahas guru dan dosen.
Walaupun Internet semakin  didepan dan buku semakin tertinggal, perpustakaan Nasional pun sudah masuk ke lingkup digital yang bisa kita manfaatkan. Tinggal bersikap saja sesuai kebutuhan, dengan kreativitas yang maju tanpa meninggalkan jejak buku cetak.
Oleh karena itu sebagai pelaku pendidikan bukan saja sebagai penonton dalam membumikan buku sebagai jendela dunia, tapi merealisasikan apa yang telah di deskripsikan di atas, dengan hal yang menurut kita itu kecil sebenarnya akan menjadi kunci kebesaran untuk masa depan dunia, agar tidak sirna termakan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H