Kebijakan penghapusan Ujian Nasional (UN) di Indonesia merupakan langkah besar yang memicu perdebatan luas di kalangan masyarakat, pendidik, dan siswa.Â
Sejak diperkenalkan, UN telah menjadi tolak ukur utama dalam penilaian keberhasilan siswa di tingkat sekolah dasar hingga menengah.
Namun, ketika pemerintah memutuskan untuk menghapus UN, muncul berbagai reaksi. Sebagian orang menganggapnya sebagai langkah positif untuk mengurangi tekanan akademis, sementara yang lain khawatir bahwa generasi muda mungkin kehilangan arah tanpa adanya standar yang jelas.
Mari kita bahas kedua sisi dari kebijakan ini secara mendalam.
Bebas dari Tekanan: Peluang untuk Berkembang
Salah satu manfaat terbesar dari penghapusan UN adalah mengurangi tekanan yang dialami siswa. Selama bertahun-tahun, siswa harus berjuang dengan beban mental yang sangat berat akibat persiapan UN. Rasa cemas, stres, dan ketakutan akan hasil ujian sering kali mengganggu kesehatan mental mereka.Â
Dengan dihapusnya UN, siswa kini memiliki kesempatan untuk belajar dengan lebih tenang dan fokus pada proses pendidikan yang menyeluruh, bukan hanya pada hasil akhir.
Sebagai contoh, ketika siswa tidak lagi dihadapkan pada ujian yang menentukan nasib, mereka dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih leluasa.Â
Siswa yang tertarik pada seni, olahraga, atau bidang lain dapat lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang sering kali diabaikan selama masa persiapan UN.
Ini bukan hanya memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru, tetapi juga membantu mereka menemukan jati diri dan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengalihkan fokus dari ujian, pendidikan bisa lebih mendorong perkembangan karakter siswa.
Mereka bisa belajar tentang nilai-nilai seperti kerjasama, kepemimpinan, dan kreativitas, yang semuanya penting untuk kehidupan di luar sekolah.Â