Darimana akan datang seorang anak yang tenang akal pendiriannya, pendiam, nurut, berkepribadian kuat, cerdas dan percaya diri sedangkan ibunya orang tuanya masih suka uring-uringan akan pekerjaan, membiarkannya bermain Gadget berjam-jam diusianya yang masih belia, dan tak pernah mengajaknya berinteraksi dengan teman-teman seusianya? Tentunya hal ini menjadi tamparan yang teramat keras bagi orang tua utamanya seorang ibu.
Syaikh Muhammad Muthawwali Asy Sya'rawi pernah mengatakan,
"Andai seorang wanita tidak punya keutamaan lain selain status keibuannya, niscaya itu sudah cukup untuk mengimbangi seluruh keutamaan di dunia ini. Seorang wanita bukan dihargai karena besarnya gaji yang diperolehnya dari kariernya, bukan dari jabatan yang didapat dari gelar akademiknya, bukan itu semua. Namun, mereka dihargai dari kesuksesannya menciptakan rumah tangga yang penuh keberkahan, dari keberhasilannya mendidik anak-anak yang salih."
Baiknya seorang ibu adalah tanda baiknya suatu generasi yang itu artinya baiknya suatu umat. Ya Allah. Jangan sampai aku menjadi sebab rusaknya anakku, Â kemudian tatkala sudah terjadi datang dan berteriak: "anakku telah rusak..!!" Naudzubillahmindzalik.
Ibarat dunia bisnis, setiap pengusaha memiliki modal, saham, dan bekal memadai sebagai investasinya. Investasi bukan hanya modal finansial tapi juga kepercayaan. Begitu juga dengan anak, setiap anak adalah investasi bagi kedua orang tuanya, investasi dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:Â Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus amal ibadahnya terkecuali tiga perkara: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang salih yang mendoakan kedua orang tuanya (HR. Muslim).
Sebagai modal investasi akhirat, maka anak harus dibentuk pemahaman dan karakternya dengan nilai-nilai bersumber pada Al-Qur'an dan Hadis serta hikmah-hikmah ulama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H