Kucium kedua tangan orang tuaku. Kupeluk erat mereka. Kuminta restu mereka.
"Nak, yang serius ya kalau kuliah. Ingat tujuanmu dari rumah apa. Carilah ilmu yang barokah. Insya Allah do'a bapak dan emak tak akan pernah lupa." Pesan Emak.
Emak titip pesan nasehat sebelum langkahku beranjak pergi ke Surabaya untuk menimba ilmu di Universitas. Walaupun aku harus tinggal jauh dengan orang tua tapi tetap kupilih jalan ini. Kuputuskan untuk mewujudkan mimpi emak dan bapak agar aku bisa hidup lebih baik dari mereka.
Berhari-hari sudah dijalani, berhari-hari itu pula aku jatuh bangun dengan keadaan baruku. Bagaimana tidak? Kehidupanku berubah 180o .
Dari anak sekolahan menjadi mahasiswa. Dari yang sepi tugas mendadak tugas menggunung. Dari yang biasa santai-santai mendadak keteteran.
Dari yang jarang pegang uang sekarang diuber-uber harus punya uang. Semua butuh uang. Apa-apa butuh uang kalau di kota. Mau makan butuh uang. Mau ngerjakan tugas, ngeprint, jilid, praktikum dll butuh uang. Belum lagi deadline kontrakan.
Uang dari mana? Masyaa Allah aku bingung.... Aku benar-benar terhimpit masalah keuangan. Acapkali aku menangis di kamar mandi karena tidak kerasan dengan suasana ini.
Sempat berpikir untuk pulang saja dan berhenti berjuang. Egois sekali aku waktu itu. Aku tak pernah memikirkan seberapa besar harapan orangtuaku padaku.
Setiap waktu selalu teringat pesan Emak. "Anakku harus hidup lebih baik." Pesan yang  terus melecutku. Aku  mencoba bangkit kembali. Orangtuaku sudah bersusah payah, masak iya dengan mudahnya aku menyerah.
"Yang sabar ya. Dimana-mana kalau mau jadi orang sukses ya harus berjuang dulu. Tidak ada yang instan. Semua butuh proses". Benar kata Emak. Memang semuanya butuh proses.
Aku mulai beradaptasi lagi. Mulai berjuang lagi. Aku harus harus dan harus merayuNya lagi. Mengistiqomahkan lagi untuk bangun di sepertiga malam, sholat dhuha, membaca Al-Qur'an dan mengamalkan surat-surat pembuka pintu rezeqi di waktu-waktu yang mustajab.