Saya langsung membeli tiket untuk kami bertiga. Tarifnya murah sekali, hanya Rp8.000 per orang. Tiket ini berlaku hingga jangka waktu tertentu. Jadi bukan untuk jadwal KRL tertentu saja. Seandainya pun tidak jadi digunakan, kita bisa membatalkan tiket dengan mudah dan dana kembali ke e-wallet. Wah, saya baru tahu..
Tiba hari-H, kami pun berangkat. Tapi, stasiun kok terlihat sepi? Terselip sedikit rasa lega. Konon katanya KRL selalu ramai oleh penumpang. Setelah bertanya kepada petugas, ternyata kereta baru saja berangkat dan jadwal setelahnya masih dua jam lagi. Waduh!Â
Usut punya usut, saya sendiri yang kurang teliti melihat jadwal kereta. Jadwal keberangkatan pada saat weekday dan weekend sedikit berbeda. Saya tak dapat menyembunyikan rasa kecewa karena rencana harus berubah. Namun, peristiwa ini jadi pembelajaran bagi saya untuk lebih berhati-hati lagi.
Untungnya, dengan sistem yang digunakan, tidak ada istilah tiket hangus karena ketinggalan kereta. Tiket masih bisa digunakan untuk jadwal berikutnya. Kami hanya perlu menunggu kereta dengan jadwal selanjutnya sambil menyesuikan rencana perjalanan.Â
Capek Berdiri, Tapi...
Sekitar pukul 12 siang, para penumpang diinformasikan untuk bersiap-siap di peron. Oh, ya, saat masuk ke bagian dalam stasiun, penumpang tidak perlu lagi mencetak tiket. Kami hanya diminta untuk memindai QR code tiket pada alat yang terpasang di pintu masuk.Â
Ketika pintu kereta terbuka, ternyata semua bangku telah diduduki. Bahkan sebagian orang berdiri karena tidak kebagian tempat. Kami tetap masuk dan langsung mencari posisi enak. Kesan pertama saya, gerbong kereta memang penuh penumpang. Namun, orang-orang tidak sampai berdesak-desakan. Masih ada ruang untuk berdiri dengan nyaman selama dalam perjalanan.
Meski tidak mendapat tempat duduk, si kecil merasa terhibur dengan suasana di dalam kereta yang bersih, modern, dan terang. AC berfungsi dengan baik sehingga tidak terasa gerah. Karena berdiri dekat pintu masuk yang full kaca transparan, kami juga bisa menyaksikan pemandangan di luar dengan leluasa.
Kereta berhenti di beberapa stasiun setelahnya. Pengalaman pertama ini begitu berkesan karena segala sesuatu terlihat baru. Kami mendengar baik-baik pengumuman yang disampaikan lewat speaker. Misalnya saat pintu kereta akan terbuka. Petugas akan menginformasikan apakah pintu bagian kanan atau kiri yang terbuka sehingga penumpang bisa lebih waspada dan siap.Â
Petugas juga mengumumkan beberapa aturan yang harus ditaati penumpang, misalnya tidak boleh makan dan minum saat berada di dalam kereta. Bukan hanya itu, ada petugas yang berkeliling untuk memastikan semua penumpang merasa aman dan nyaman dalam perjalanan. Ketika ada yang melanggar aturan, petugas menegur dengan sopan, demi kenyamanan bersama.Â