Pada tahap Generativitas vs. Stagnasi, yang biasanya terjadi di usia paruh baya, individu mengalami krisis yang berhubungan dengan perasaan bermakna dalam hidup. Mereka yang berhasil mengatasi krisis ini akan merasa produktif, berkontribusi pada generasi berikutnya, dan merasakan kepuasan dalam hidup. Sebaliknya, jika mereka merasa stagnan dan tidak berkembang, mereka mungkin merasa tidak bermakna. Tahap ini penting dalam membentuk kepribadian karena membantu individu merasa berharga dan diakui di masyarakat, memberi mereka rasa pencapaian dan kebahagiaan.
6. Integritas vs. Keputusasaan di Usia Lanjut
Pada tahap terakhir, Integritas vs. Keputusasaan, individu menghadapi krisis refleksi terhadap kehidupan mereka. Mereka yang mampu menerima dan menghargai hidupnya secara utuh akan merasakan integritas dan kepuasan, sementara mereka yang merasa gagal mungkin mengalami keputusasaan. Krisis ini sangat penting karena membentuk cara pandang individu terhadap kehidupan secara keseluruhan, membantu mereka untuk menerima diri mereka dan memberikan kedamaian di usia tua.
Kesimpulan: Krisis sebagai Pilar Pembentukan Kepribadian
Krisis psikososial menurut teori Erikson tidak hanya sekedar rintangan, tetapi juga peluang bagi individu untuk berkembang dan membangun kepribadian yang kuat. Melalui penyelesaian krisis-krisis ini, seseorang mampu mengembangkan aspek-aspek penting dari kepribadian, seperti kepercayaan, kemandirian, rasa inisiatif, identitas, kemampuan intimasi, dan makna hidup. Pemahaman tentang pentingnya krisis psikososial ini juga dapat membantu individu, orang tua, guru, dan profesional kesehatan mental dalam membimbing perkembangan kepribadian yang lebih sehat dan seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H