Mohon tunggu...
Leni Wulansari
Leni Wulansari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kaki boleh pecah2 tapi sudah ada surganya (katanya)... amiinnn :)\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Metoda Jual Todong Resort Mewah

7 April 2014   19:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejuta cara dilakukan orang berbisnis biar lancar. Sekarang ini, salah satu cara penjualan produk adalah dengan motoda 'iming-iming'. Sudah jadi pengetahuan umum kalau kita, nggak tua nggak muda, ibu-ibu, bapak-bapak, pasti tertarik dengan kata 'hadiah', atau 'gratis'. Maka perusahaan-perusahaan pebisnis ini mengambil kesempatan itu, dengan membuat metoda baru penjualan memberi hadiah gratis, baru menggempur Customer untuk membeli produk yang lain.

Seperti jumat kemarin suami saya tiba-tiba hp nya bunyi dari nomor nggak dikenal. Ternyata, si penelepon katanya dari salah satu perusahaan yang punya resort mewah di Bali, Anyer, Puncak, sampai luar negeri. Mereka ngasih undangan untuk datang ke Gandaria City karena bisa dapet voucher gratis nginep di Resort mereka selama 3 hari 2 malam. Nggak seperti saya yang langsung tergiur mendengar kata kunci 'nginep gratis di resort', suami saya mah cuek, nggak percaya dengan segala sesuatu yang 'too good to be true'. Dan yang ada dia malah sebel karena data no teleponnya bisa bebas berkeliaran diantara para sales pemburu korban itu.

Saya buru-buru berselancar membuka mbah pintar gugel, sambil berharap mudah-mudahan emang bener ada. Daan, cuma dengan ngetik 'undian nginep gratis resort di gandaria city', si mbah langsung ngasih tau banyak link untuk dibuka. Ternyata udah banyak banget yang nulis. Kebanyakan, orang-orang -merasa- tertipu oleh perusahaan yang namanya Krama Royal ini. Weleh weleh, another modus ini mah.

Mereka ini memang cuma mau kasih voucher nginep gratis hanya dengan syarat kita dateng mendengarkan presentasi selama 90 menit di kantornya (itu katanya di undangan/telp)... presentasinya mengenai properties mereka yang dijual dalam bentuk paket liburan seumur hidup tapi dibayar menyicil dari sekarang (itu nggak disebut di undangan telp/email)... teruus ujung-ujungnya kita disuruh beli paket itu deeh (itu sama sekali nggak disinggung di undangan/telp).

Kalaupun kita bilang nggak punya uang sebanyak itu (harga paket liburannya katanya fantastis), mereka akan dengan lincahnya mengarahkan paket downgrade yang sesuai dengan budget liburan kita. Intinya mereka akan bilang kalau penawaran special untuk kita hanya berlaku satu hari itu, jadi nggak akan terima dengan jawaban 'pikir-pikir dulu' ala ibu-ibu yang suka windows shopping.

Buat yang memang melanggan dengan paket liburan, dan selalu ada budget untuk itu, mungkin akan ngerasa undangan ini adalah anugrah atau kesempatan emas. Nggak usah capek-capek hunting akomodasi liburan lagi. Tinggal nyicil tiap bulan untuk dapet kesempatan liburan di resort mewah milik Krama Royal (Club Bali) ini.

Saya sendiri, setelah laporan ke suami tentang yang saya dapat di internet, termasuk informasi dari mereka yang nggak merasa tertipu dan udah menikmati voucher gratisnya, akhirnya memutuskan untuk nggak dateng ke undangan Seminar itu. Selain karena jarak ke Gandaria City agak jauh, saya menghindari todongan sales yang bisa membuat saya (seolah-olah) nggak punya pilihan.. *Jadi inget pernah beli tempat tissue seharga 125rb pas tanggal tua cuma karena nggak enak ama temen kantor yang bilang itu rajutan istrinya, bla bla bla..(padahal tempat tissue souvenir nikahan juga punya banyak--hh sigh)*

Jadi, ini bukan tentang berita penipuan loh ya, karena saya sama sekali tidak tertipu. Ini hanya pertanyaan yang mengganjal hati, metoda penjualan macam mana sih yang beginian. Cara penjualan ini tentu sah-sah saja secara kacamata bisnis. Nggak ada yang dilanggar. Customer hanya dikasih undangan, datang atau nggak ada di tangan customer. Dikasih hadiah gratis, diterima atau nggak ada di tangan customer. Disuruh beli sesuatu pun, beli atau nggaknya tetep di tangan customer. Tanpa ada paksaan apalagi kekerasan.

Cuma dari sisi etika kayaknya kurang pas. Cara jualan ini kan terselubung dengan cara menodong orang untuk membeli setelah dikasih hadiah. Para sales ini menunggu Customer merasa nggak enak atau underpressure. Dan orang yang lagi under-pressure kebanyakan memang nggak sempat berfikir jernih dan cenderung buru-buru mengambil keputusan, yang penting dia cepet keluar dari pressure itu.

Lalu, apa mereka nyaman untuk berjualan dengan cara itu. Apa enaknya dapet order dari orang yang tadinya nggak tau dengan akad jual beli itu, lalu tiba-tiba beli hanya karena ngerasa nggak enak hati atau terpaksa. Saya jadi lebih appreciate sama bapak-bapak penjual hordeng (Gordyn) yang muter-muter di perumahan saat panas terik, sambil teriak 'hordeeenggg, hordeeeengggg'.. walaupun suara cemprengnya ngeganggu bobok siang, tapi jelas banget dia lagi ngapain, cari nafkah dengan jualan hordeng! Dibeli ya alhamdulillah, nggak dibeli ya dia tetep teriak bersemangat. Nggak ada modus-modus! Nggak ada jual todong!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun