Mohon tunggu...
Leni Wulansari
Leni Wulansari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kaki boleh pecah2 tapi sudah ada surganya (katanya)... amiinnn :)\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sulitnya Sombong

29 Oktober 2014   18:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:17 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama saya nggak buka Kompasiana. Waktu itu sempat sakau dan kejang-kejang sendiri menahan rindu, tapi ceritanya ada yang mengalihkan fokus, yaitu kesibukan, halah.

Tanpa bermaksud mengeluh, tensi di tempat saya kerja memang sedang tinggi. Semua orang sensitif karena tuntutan pekerjaan. Senggol bacok banget, disenggol dikit langsung bacok. Saya yang sukanya nyenggol dangdut jadi harus bawa perban kemana-mana. Saya sendiri ngaku sih, kalau lagi spaneng (ini bahasa apa ya, wkwk), suka gampang esmosi. Cuma nggak sampai bacok-bacokan, paling muka memerah kayak orang nahan sembelit.

Pilihan saya cuma manyun atau menghela nafas panjang, nggak bakat marah sambil ngomel. Apalagi sama team saya. Biarpun mereka kadang lelet dan suka bikin saya tekan gigi (bukan kebalik, gigitekan = goyang2 -bahasa sunda.red- hehehe), tapi kalau mau ngomel kayaknya nggak begitu tega. Palingan saya bilang 'lontoong' eh 'tolong dong, tolooong..' dengan muka melas mata sayup dan lagi-lagi, pipi memerah kayak orang nahan sembelit.

Selain karena team saya itu bapak-bapak semua bikin saya segan marah-marah, saya juga belajar di artikel Kompasiana yang sering inspiratif, dan meyakini bahwa perlakuan kita kepada orang lain suatu hari akan berbalik pada kita. Jadi maksudnya biar saya nggak pernah dimarahin bos, ya saya nggak boleh marah juga ke team saya. Waah, tetep demi keuntungan sendiri ya, hehhe.

Kasian yang suka marah-marah di kantor. Nggak pernah baca artikel Pak Kate di Kompasiana sih. Mereka masih mendewakan kerjaannya, merasa posisinya paling penting sendiri. Ada karyawan junior yang ikutan fotocopy sambil pencat pencet nggak becus-becus, langsung ada staf senior yang menghardik dibilang ; 'lo mau ngerusakin mesin foto copy gue ya?' saya yang kebetulan lewat ruangan mereka jadi tiba-tiba kebelet.

Kalau marahnya macam Pak Ahok menantang DPRD atau ngamuk ke Dishub yang memelihara calo, menikmati pungli, ya itu mah wajar. Kalau nggak keras memang nggak putus-putus tuh urat malunya orang-orang yang doyan korupsi.

Cuma kalau orang biasa-biasa kayak kita, menghadapi orang yang melakukan kesalahan biasa-biasa, mbok ya respondnya juga biasa aja. Apalagi sesama pencari sesuap nasi dan segepok rupiah di perusahaan yang bukan punya mbah moyangnya.

Isi ragunan yang nggak dikasih kelebihan akal pun ngggak ada yang saling merasa lebih. Gajah mau sombong sama monyet? Nggak bisa. Diajak balapan manjat pohon bisa ciut itu gajah. Monyet bisa sombong sama burung? Nggak kena. Diajak balap terbang, monyet bisa kelepek-kelepek engap.

Gitulah rumus mau sombong tuh ribet, harus banyak mikir dulu. Entar ya, boleh sombong kalau udah dapat sms jaminan masuk surga, atau minimal udah bisa menampung semua penganggur di Indonesia dikasih kerjaan, makan, hidup layak. Itu pun kalau kemana-mana nggak bawa 'kotoran'. Inget kata Aa Gym nggak, manusia nggak ada yang pantas untuk sombong, kemana-mana bawa 'kotoran t***a' aja masa mau nyombong. yiaaa..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun