Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Provokator

10 Januari 2017   15:23 Diperbarui: 10 Januari 2017   15:29 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada kerumunan masa yang teriak-teriak lantang

Di jalanan kota yang penuh hiruk pikuk para demonstran

Aku hanyalah setitik tak penting yang ada dan tiadanya akan jadi sama saja

Tapi aku sang pembeda

Aku tak suka memutuskan urat leher demi teriakan yang tak pernah didengar

Aku hanya berbisik

Pada telinga-telinga manusia bersumbu pendek

Aku nyalakan pematik api dan menyulut kompor dikerumunan

Bakar saja

Bakaaaarrrr

Aparat itu telah menyakiti kawan kita

Lempar saja pakai batu

Hajar saja pakai pemukul kayu

Bakar

Bakaaaarrrr

Aku berkeliling

Menyelinap pada peluh-peluh

Bersatu dengan teriknya mentari

menghembuskan bisikan-bisikan bersama angin

Membuat kegaduhan

Lalu menyelinap pergi

Berganti wajah

Berganti kulit

Lalu pergi ke kedai kopi

Menikmati tontonan kerusuhan dan tertawa geli...



@pelangi 10/01/17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun