Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuk, Ramai-ramai Serang Ahok...

13 Maret 2016   17:03 Diperbarui: 13 Maret 2016   17:08 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda adalah penggemar Smack Down, pasti  anda  tahu salah satu event besarnya yaitu RAW. Pada babak tersebut ditampilkan banyak pegulat dalam satu ring untuk bertarung, dan pemenangnya adalah petarung yang masih bisa bertahan hingga akhir. Jangan terlalu berharap yang terkuat yang akan menang, karena yang terkuat biasanya akan dikeroyok untuk disingkirkan ramai-ramai. Setelah itu mereka saling bertarung saling menyingkirkan satu sama lain.

Entah mengapa, strategi  yang awalnya dari sebuah permainan kekerasan untuk hiburan kini sedang dijalankan dalam proses menuju Jakarta 1. Saya melihat terkesan hanya ada 2 jalan untuk mengalahkan Ahok sebagai petahana. Pertama adalah menghadirkan lawan yang sama-sama tangguh, dan yang kedua adalah ramai-ramai menjatuhkan Ahok.

Awalnya kedua strategi itu sama-sama dijalankan. Tak kurang dari Risma, Ridwan Kamil, maupun Ganjar Pranowo yang memiliki reputasi yang baik sebagai kepala daerah digadang-gadang sebagai penantang. Namun satu persatu penantang tangguh tersebut menyatakan tidak akan maju untuk memperebutkan kursi Jakarta 1. Jadilah hanya tinggal satu cara untuk mengalahkan Ahok,  yaitu mengeroyoknya ramai-ramai. Jika Ahok dikeroyok dengan cara yang elegan mumgkin akan terlihat sebagai suatu kewajaran, namun sepertinya tidak.

Jika anda pernah menonton film 3 idiot anda pasti tahu 2 jalan untuk menjadi yang terbaik. Pertama adalah membuat dirimu lebih baik dari pada pesaingmu, dan kedua adalah membuat pesaingmu lebih buruk dari dirimu. Dan sayangnya cara kedualah yang dipakai oleh penantang Ahok yang tersisa. Tidak kurang dari Ahmad Dhani, Prof Yusril, Wanita Emas, Lulung, Roy Suryo sibuk mencari-cari kesalahan dan kekurangan Ahok, lalu ramai-ramai melontarkan kritik.

Sangat disayangkan sekali, Jakarta sebagai etalase ngeri ini dan harusnya menjadi contoh bagi daerah lain mempertontonkan proses demokrasi yang tidak sehat. Semua penantang Ahok lebih sibuk membuat Ahok tampak buruk dimata para pemilih dari pada membuat dirinya tampak lebih baik dari Ahok. Mereka sibuk mengkritik kebijakan Ahok tapi sayangnya tidak menyodorkan solusi yang lebih baik. Parahnya, beberapa penantang malah tak punya solusi sama sekali.

 

Pelangi 13/03/16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun