Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Jejak Bangsawan Jerman di Kerkhof Purworejo

25 Mei 2017   15:24 Diperbarui: 25 Mei 2017   15:40 2192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerkhof Purworejo bagi saya merupakan salah satu peninggalan sejarah paling menarik di kota saya, Purworejo. Entah dimana letak daya tariknya, padahal itu hanyalah komplek pemakaman biasa. Hanya makam-makam tua peninggalan Belanda nya saja yang membedakan dengan makam lain. Tapi dari sekian makam tua yang ada di Kerkhof Purworejo, ada sebuah makam yang benar-benar mencuri perhatian saya.

img-20151018-085624-592691d71093738815666ec6.jpg
img-20151018-085624-592691d71093738815666ec6.jpg
Letak makam itu memang agak masuk ke dalam, terbujur bersama makam-makam lainya. Salah satu hal istimewa dari makam itu adalah ukuran batu nisannya yang luar biasa. Dengan panjang dan lebar sekitar lebih dari satu meteran dan tebal kira-kira sepuluh sentimeter, menjadikannya sebagai batu nisan terbesar yang ada di kompleks kerkhof ini. Makam ini sendiri nyaris diambil oleh tangan jahil namun karena begitu berat, akhirnya ditinggalkan begitu saja dan menyisakan bekas potongan di sudut batu nisan. Yah, setidaknya nasib makam ini sedikit beruntung dibandingakn makam-makam tua lain di kerkhof ini yang batu nisannya sudah dijarah oleh tangan jahat. Namun keistimewaan utama makam ini bukanlah pada ukurannya, tapi pada siapa yang dimakamkan di sini.

Saya cukup terkejut ketika pertama kali membaca inskirpsi yang terpahat di batu nisan itu. Begini kira-kira bunyinya :

HIER RUST

WILHELM GRAF VON TAUBENHEIM

LIEUTENANT IN K. NEDERLANDSCH INDISCHE DIENSTEN

GEB  ZU STUTTGABT

4 APRIL 1845

GEST ZU POERWOREDJO

13 SEPTEMBER 1887

SOHN DE OBERST-STALLMEISTER

DES KONINGS  VON WURTTEMBERG

GRAFEN W.VON TAUBENHEIM

UND DER

GRAFIN MARIE VON WURTTEMBERG

R.I.P

AUF WIEDERSEHEN

Perhatikan dengan seksama, info menarik apa yang dapat anda dapatkan dari tulisan di atas ? Pertama, bahasa yang dipakai bukanlah bahasa Belanda, melainkan bahasa Jerman. Kedua, yang dimakamkan di sini jelas merupakan seorang miliiter yakni sebagai Letnan Infanteri. Ketiga, orang yang dimakamkan di sini bukan berasal dari negeri Belanda, melainkan dari negeri sebelah, Jerman. Hal ini dapat kita baca pada asal kota kelahirannya, yakni kota Stuttgabt atau kita kenal sekarang sebagi kota Stutgart. Ketiga, orang yang dimakamkan di sini masih memiliki darah biru. Hal ini bisa kita lihat dari gelar “graf” yang dipakai oleh para bangsawan kerajaan Jerman. Wilhelm Graf von Taubenheim, orang yang dimakamkan di sini merupakan putra dari bangsawan kerajaan Wurtemberg, sebuah kerajaan yang berada di sebelah barat daya Jerman dengan ibukotan, Stutgart ( catatan : pada waktu itu, Jerman masih terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil dan baru disatukan pada tahun 1871 oleh kanselir Otto von Bismark ).

Makam Wilhelm graf von Taubenheim
Makam Wilhelm graf von Taubenheim
Lalu pertanyaanya mengapa ada seorang keturunan bangsawan Jerman yang “terdampar” jauh sampai Purworejo ?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, jarum waktu kita putar pada tahun pertengahan abad ke-19, ketika Purworejo pada waktu itu menjadi basis militer Belanda yang penting di Jawa bagian selatan. Militer Belanda pada masa itu merekrut beberapa orang Jerman ke dalam korps militernya karena orang Jerman dikenal memiliki dispilin militer yang bagus. Sebelumnya, Belanda juga sudah menjadikan orang Jerman sebagai tentara dengan membentuk resimen Wurtemberg. Disebut demikian karena asal mereka berasal dari Wurtemberg, tempat yang sama dengan orang yang dimakamkan di kerkhof Purworejo tadi. Begitulah kira-kira sejarah kehadiran orang Jerman di Purworejo.

Lambang keluarga Taubenheim
Lambang keluarga Taubenheim
Ada cukup banyak jejak kehadiran orang Jerman di Indonesia, mulai dari makam Frans Wilhelm Junghuhn di Lembang, hingga makam tentara Nazi Jerman di Arca Domas dan mungkin yang masih belum diketahui banyak orang adalah makam perwira Jerman di kerkhof Purworejo ini. Yah, betapa cukup malangnya nasib perwira Jerman yang meninggal di Purworejo ini terpisah jauh dari keluarganya dan tidak bisa melihat kembali tanah airnya untuk selamanya. Jadi sungguh tepat rasanya jika kalimat terakhir dari makam tentara Jerman itu berbunyi auf wiedersehen, sampai berjumpa lagi…

Sumber :

https://www.deutsche-digitale-bibliothek.de/item/2YGGC6ZAM7DK7ZNU6Z7ONGAIN2X4GZQ4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun