Mohon tunggu...
Lengga Pradipta
Lengga Pradipta Mohon Tunggu... Ilmuwan - Simple yet a bit complicated

Sekedar ruang untuk mengutarakan hal2 yang sederhana dan tidak bisa diungkapkan secara saintifik

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pertemanan "Toxic" dan Gaya Hidup, Benarkah Membuat Milenial "Doyan" Berutang?

8 Maret 2021   15:31 Diperbarui: 8 Maret 2021   17:54 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://www.freepik.com/
https://www.freepik.com/
Masifnya perkembangan social-media, membuat mereka menjadi ‘haus’ untuk menampilkan konten dan mencitrakan diri paling sempurna. Tentu saja, penampilan dan citra diri sempurna yang ditampilkan harus didukung oleh barang-barang keren dan juga circle pertemanan atau peer-group yang terlihat kompak dan terlihat ‘mahal’. 

Tak bisa dipungkiri, gaya hidup dan juga keinginan untuk tampil sempurna ini membuat generasi millennial butuh uang lebih banyak dan pada akhirnya menyebabkan mereka suka berhutang.

Menurut berita yang dilansir oleh CNBC (2019) dikatakan bahwa 1 dari 5 millennial yang sedang terjebak dalam hutang, berharap untuk mati tanpa pernah melunasi hutang-hutangnya. 

Tentu kondisi ini didorong oleh keinginan untuk menampilkan gaya hidup ‘nyaman’ dan kuatnya keinginan untuk ‘diterima’ dalam suatu peer-group. Akibatnya,  berhutang dianggap sebagai jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan ‘temporary’ hidup para millennial. Tapi, apakah betul semua millennial demikian? Ternyata tidak juga loh. 

Menurut IDN Research Institute (2019), generasi millennial memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pembangunan karena mereka merupakan generasi yang melek teknologi, memiliki jiwa entrepreneur yang menggebu, menghargai keberagaman, mulai melek dengan literasi keuangan, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, yang sebenarnya berdampak baik di dunia kerja. 

Lantas, mengapa masih banyak generasi millenial yang terjerat hutang serta circle pertemanan ‘toxic’ atau peer-group yang salah? Berikut beberapa alasannya;

(1) Masih banyak millennial yang belum bisa menentukan kebutuhan primer dalam hidup mereka. Padahal, hal ini sebenarnya sangat mudah dilakukan. Kebutuhan primer tentu saja berkaitan dengan 3 (tiga) hal utama yakni; pangan, sandang dan papan. 

Ketiga hal ini adalah mutlak harus dipenuhi sebelum kebutuhan sekunder lainnya seperti gadget, liburan mahal dan yang lainnya. Perlu dicatat, jika ada kebutuhan lain yang tidak mendesak, maka sebaiknya menabung dulu agar suatu hari bisa membelinya tanpa berhutang;

(2) Masih menyukai gaya hidup yang ‘wah’ tak sesuai kenyataan kantong. Zaman sekarang ada istilah BPJS (Budget Pas-Pasan Jiwa Sosialita), nah ini yang harus benar-benar dihindari. 

Bergayalah sesuai budget yang dimiliki, jika belum mampu maka tidak usah ikut-ikutan menjadi sosialita palsu agar diterima di suatu pergaulan/pertemanan;

(3) Masih enggan menabung setiap bulan. Ya, menabung merupakan hal yang begitu penting bagi millennial. Padahal jika kebiasaan ini dirutinkan, bisa membuat millennial lebih bersiap untuk segala kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Bisa dibilang ini merupakan mitigasi jika sewaktu-waktu kondisi keuangan sudah tak tertolong;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun