Mohon tunggu...
Lendy Kurnia Reny
Lendy Kurnia Reny Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Blogger dan content creator. Kindly visit ma blog : https://www.lendyagasshi.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran 2020: Menggoreskan Sebuah Kenangan Tak Terlupa

24 Mei 2020   22:48 Diperbarui: 24 Mei 2020   22:49 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahala walau hanya dirumahaja (Sumber: IG/surabayamengaji)

Bismillah,

Bagi yang biasa mudik saat Lebaran, tentu merasa tahun ini adalah tahun yang tidak biasa. Karena tidak ada mudik. Jangankan untuk mudik, untuk sholat Ied berjamaah di lapangan saja, tidak diperbolehkan, meskipun sudah jaga jarak physical distancing.

Jangankan mudik, menyapa tetangga saja hanya dari kejauhan. Tiada tangan menjabat, tiada raga berjumpa. Semua dilakukan secara virtual atau dengan jarak.

Tahun pandemi membuat suami tak bisa bertemu istri, anak bertemu orangtua dan sanak saudara. Semua terbatas hanya di udara. Sedih? Tentu.
Tapi yakin, bahwa selalu ada terang sehabis gelap. Selalu ada siang setelah malam. Maka, tetaplah mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. 

Jangan.
Jangan remehkan virus ini. Virus ini sudah mampu bermutasi dengan sangat baik menyesuaikan inangnya. Sehingga untuk memutus penyebarannya, haruslah kita disiplin dari diri sendiri. Tidak kemana-mana dan hanya dirumahaja, itu yang terbaik.

Lebaran 2020 kami isi dengan aktivitas :

Sholat Ied dirumahaja.
Sebelum Hari Raya tiba, kami mencari informasi tata cara sholat Ied di rumah yang benar dan sesuai sunnah. Alhamdulillah~
Bagi yang ingin melihat juga, ini flyer yang dibagikan kemarin. 

Panduan sholat Ied di rumah (dok. konsultasisyariah.com)
Panduan sholat Ied di rumah (dok. konsultasisyariah.com)

Firman Allah,

"... Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama ..." 

[QS. Al-Hajj : 78]

Makan bersama keluarga
Karena tidak kemana-mana, kami makan bersama di meja makan keluarga kami. Yah, bayangannya masih seperti sahur yaa.. Dan anak-anak lucunya masih menganggap hari ini shaum. Jadi, setelah makan, mereka tidak minum dan makan lagi setelahnya, hehhee... mashaAllah~

Menggunakan baju baru
Sesungguhnya, keluarga kami bukan tipikal keluarga yang berbelanja baju baru setiap Lebaran tiba. Karena, baik Ibu atau Mamah mertua suka sekali menjahit baju. Hasilnya...kami hampir tidak pernah membeli baju baru untuk anak-anak. Hemat yaah...

Alhamdulillah~

Memberi hadiah lebaran untuk anak-anak
Kami tidak pernah menjanjikan akan membelikan hadiah jika mereka begini dan begitu. Semua terjadi dengan spontan saja. Kalau ada rejeki, kami akan mencair momen yang tepat untuk memberi kejutan.

Seperti kali ini, Ai dan Hana telah berhasil dengan baik untuk tidak rewel saat harus dirumahaja, selalu rajin mengerjakan tugas sekolah dan sukses melewati shaum selama 30 hari full.

Yang aku kagumi, anak-anak hampir tidak pernah mengeluh dengan keadaan. Bahkan saat ada satu hari di bulan Ramadan, kami berempat tidak bangun untuk sahur karena kesiangan. Mendadak sudah selesai adzan shubuh dan kami baru terbangun. Subhanallah~

Entah bagaimana... Allah mudahkan melembutkan hati anak-anak. Mereka bahkan tidak sadar kalau tidak sahur di hari itu. Lemes?
Jelas...tapi tetap terlihat happy saat diminta sholat, dzikr pagi-petang dan melakukan sunnah rawatib. Hanya jadi mudah ketiduran. Hehehe~
**maafin mama Abi yaa, nak... 

Karena tahun ini tidak boleh kemana-mana, kami berbelanja di e-commerce dengan mencari trusted seller. Pilihannya, tetap kami serahkan anak-anak. Tapi setelah mereka memilih, biasanya kami beri masukan. Misalnya, Hana ingin dibelikan mainan (Rainbowcorn series 2), padahal Hana sebelumnya sudah punya Rainbowcorn series 1 and 3.

Maka, mama mengarahkan untuk membeli mainan yang lebih bermanfaat lainnya. Akhirnya setelah berdiskusi panjang lebar, pilihan sudah semakin mengerucut. Mainan yang lebih banyak aktivitas, agar mereka bergerak dan bisa dimainkan saat mereka dirumahaja adalah inline-skate dan skuter kayuh (bisa laah...dimainin di garasi kan yaa...bolak-balik aja gitu sampai bosen, yang penting mereka happy).

Mudik online
Happy banget deeh...dari keluarga saya, saya adalah anak terakhir. Dan ketiga kakak saya, lelaki. Jadi, saat pandemi begini, semua mas selalu menanyakan kabar. "Dek...sehat?" atau "Dek, kabar ponakanku piye?"

Sudah begitu aja, rasanya itu hal teromantis yang mas-mas lakukan untuk saya. Dan ini yang saya syukuri karena terlahir menjadi anak perempuan satu-satunya di Keluarga Lukman.

Tabarakallahu~

Di hari nan Fitri ini, mas telpon via whatsApp video call yang kini sudah bisa hingga 8 orang. Kumpul jadi satu via video call, nyatanya tetap bisa saling menjaga silaturahm. Kami kalau sudah bertemu, bisa candaan sampai berjam-jam.

Dari mulai membicarakan hal yang penting, masalah fikih, keagamaan, hukum syariat, penelitian ilmiah (karena mas yang pertama adalah seorang researcher sekaligus dosen di salah satu kampus negeri di Surabaya), jadi kalau diajakin diskusi masalah aktual saat ini, paling mantap. Sampai ke obrolan gaje (baca : gajelas) mengenai hosipan hartess, drama influencer di youtube sampai apa-apa yang viral saat ini.

Happy banget...

Dan alhamdulillah, karena suami terlahir sebagai anak pertama di keluarga dan kesemua adiknya laki-laki, saya juga relatif tidak bermasalah di keluarga mertua. Malah, Mama Papa kalau butuh bantuan atau butuh menceritakan sesuatu (curhat), seringkali telpon saya, meski saya bukan menantu satu-satunya.

Memang, keadaan saat ini tidaklah sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi  in syaa Allah, dengan kesabaran untuk tetap di rumah aja, maka pahalanya sama dengan berjihad.

Pahala walau hanya dirumahaja (Sumber: IG/surabayamengaji)
Pahala walau hanya dirumahaja (Sumber: IG/surabayamengaji)
Kisah kita saat ini di masa pandemi, kelak akan menjadi catatan sejarah dan cerita bagi anak-cucu nanti. Semoga setiap orang mampu mengambil hikmah dari setiap yang terjadi dalam hidupnya.

Taqabalallahu minna wa minkum shiyamana wa siyamakum, kullu amien wa antum bi khair.

Artinya :

Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang.

Wallahu'alam bishowab.

with love,
lendyagasshi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun