Bismillah,
Hola sahabat K...
Apakabar?
Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, masih semangat melakukan segala kebaikan yaa..
In syaa Allah.
Menjalankan ibadah di saat pandemi begini, semua serba waspada dan terbatas. Kami sendiri memutuskan untuk serba menghemat segala bentuk jenis pengeluaran. Karena kami sadar bahwa yang harus diperhatikan bukan hanya keluarga inti, tapi juga keluarga besar. Suami adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan saya anak terakhir dari 4 bersaudara. Jadi, as usual, anak pertama yang selalu dijadikan tempat bercerita dan berkeluh kesah keluarga.
Karena tahun ini kami juga tidak mudik atau pulang kampung (whatever they'd say), maka kami memutuskan untuk mengalokasikan dana ke beberapa pos pembiayaan, seperti :
1. Adik masuk kuliah
Tahun ini, adik kami tercinta in syaa Allah masuk perguruan tinggi. Memang menyedihkan lulus di generasi virus Covid-19 ini, karena tidak ada lagi yang namanya ujian akhir apalagi prompt night atau sejenis malam perpisahan. Semua dilakukan di rumah saja dengan pernyataan bahwa semua siswa dinyatakan lulus dari sekolah.
Namun, lulus sekolah menengah atas saja belum cukup. Karena adik akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yakni kuliah. Impian adik adalah kuliah di kota Pelajar jurusan Manajemen. Semoga sukses yaa, adikku!
2. Biaya daftar ulang sekolah
Tak terasa yaa... tahun demi tahun terlewati dengan cepatnya. Dan Juli adalah waktunya membayar biaya daftar ulang di sekolah anak-anak. Ya, Bandung Islamic School memberlakukan sistem ini dalam masalah biaya sekolah. Rincian dana daftar ulang salah satunya adalah untuk kegiatan ananda selama setahun, seperti ekstra-kulikuler wajib : berenang, memanah dan berkuda, serta biaya peralatan sekolah yang semuanya diberikan di awal (exercise book, alat tulis dan summary book).
Dua post pengeluaran terbesar di atas yang menyebabkan kami tidak merasa perlu untuk membeli kado Lebaran tahun ini. Bukan hanya memang kebiasaan keluarga kami membeli barang baru sebelum Ramadan, agar kami lebih berfokus pada sepuluh hari terakhir Ramadan dengan ibadah daripada hanya memikirkan kado.
Alhamdulillah,
Anak-anak tidak juga menuntut "hadiah" karena tamat puasa, in syaa Allah mereka paham mengapa kita harus berpuasa Ramadan, sebulan penuh.
Saya dan suami tidak pernah menerapkan sistem pengasuhan reward and punishment berupa barang. Tetapi lebih kepada pendekatan emosional, seperti melalui pujian, ucapan terimakasih dan menceritakannya di hadapan kakek atau nenek apa-apa saja kebaikan mereka. Sehingga, anak-anak muncul perasaan bangga terhadap dirinya.
Kalaupun kami ingin membeli hadiah, kami sepakati bersama bahwa kali ini anak-anak boleh membeli peralatan sekolah baru, misalnya. Jadi selain peralatan sekolah, kami tegaskan tidak ada budget membeli hal lain. Peralatan sekolah yang lumayan sering berganti adalah sepatu. Anak-anak bukan tipe anak yang sepatunya mudah rusak, namun karena sedang masa pertumbuhan, rasanya sepatunya masih bagus, tapi sudah kekecilan. Meski adiknya juga tidak pernah protes dapat lungsuran sepatu dari sang kakak. Kadang, kami tidak tega juga melihat barang-barang sang adik tidak ada yang baru.
Jadi, seperti tahun-tahun sebelumnya, kami tidak pernah menyiapkan budget khusus untuk membeli kado Lebaran untuk keluarga.
Semoga pandemi segera berakhir dan kita bisa beraktifitas normal kembali.
Aamiin~
Happy Ramadan~
with love,
lendyagasshi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI