Belum selesai keheranan Jong-soo, kemudian Ben mengusulkan agar Hae-Mi dan Jong-soo mengikuti perkumpulannya. Di sana mereka hanya mengobrol santai. (lagi-lagi) Hae-Mi menyetujuinya dengan riang. Jong-soo pun terpaksa mengikuti kemanapun Hae-Mi dan Ben pergi.Â
Di perkumpulan sahabat-sahabat Ben, Hae-Mi kembali menceritakan pengalamannya di Afrika. Apa yang ia alami, ia peragakan melalui tarian. Semua tampak (pura-pura) tertarik. You know the vibes, right? When someone really like it or just "pretend to" like it....
Dan puncaknya, saat Jong-soo berada di desanya, mendadak Ben dan Hae-Mi mendatangi Jong-soo. Scene di sini kunci dari semua "kebaikan" Ben, terjawab. Ben menawarkan marijuana untuk Hae-Mi dan Jong-soo. Mereka bergantian flying...Â
Namun Hae-Mi yang tampak paling ekspresif hingga tak sadarkan diri. Jong-soo dan Ben tinggal berdua dan mengobrol secara jantan. Dengan jelas, Jong-soo menegaskan kalau ia mencintai Hae-Mi.Â
Kalau Ben merasakan hal yang sama, biarkan Hae-Mi yang memilih, ingin bersama siapa... Begitu kira-kira Jong-soo menegaskan garis antara hubungan mereka bertiga yang sedari awal tampak absurd.
Lalu mengejutkan, Ben hanya tertawa dan bilang "Hobiku membakar sebuah rumah kaca yang sudah tidak terpakai."
Whaadd??
Rumah kaca?
Di sekitar desa tempat Jong-soo tinggal, ada banyak sekali rumah kaca. Dari mulai yang masih digunakan oleh para petani untuk bercocok tanam, sampai ada yang benar-benar sudah terbengkalai. Dari sini Jong-soo panik. "Apa kamu tidak pernah dapat masalah dengan polisi?"
"Tidak, karena hampir semua orang tidak akan pernah menyadari kehilangannya."
**merinding siih pas Ben bilang gini. Dia kaya uda pengalaman banget...dan di wajahnya, tak ada perasaan penyesalan sama sekali.