Bismillah,
Sejujurnya, saya jarang sekali mau menonton film bergenre dark-drama. Karena bagi saya, apa yang saya tonton, seringkali saya pikirkan secara mendalam dan ini tentu sedikit banyak akan berefek ke psikologis saya. Tapi kali ini, saya memberanikan diri menonton film yang diadaptasi dari short-story dari novel Haruki Murakami.
Bagi yang belum tahu siapa itu Haruki Murakami, saya ceritakan sedikit yaa...
Beliau adalah seorang novelist dari Jepang kelahiran 1949. Semangat menulisnya berasal dari apa yang dilihat, dialami dan dirasakan sehari-hari.Â
Meski begitu, hasil karyanya selalu luar biasa dan diterjemahkan ke lebih dari 50 bahasa di dunia. Banyak yang menyukai novel Murakami karena kesederhanaannya dalam menyampaikan pesan moral cerita. Tidak terlalu rumit, bahkan saat menonton film berjudul Burning (2018) ini, penonton disuguhkan dengan plot cerita sehari-hari.
Diceritakan tentang seorang pemuda yang bekerja paruh-waktu sebagai pengirim barang, Jong-soo (Yoo Ah-in) yang mendadak dipanggil oleh seorang gadis saat sedang melakukan pekerjaannya. Ia merasa tidak mengenalnya, jadi cuek saja. Namun si gadis persisten sambil memberikan sebuah kupon undian.Â
Gadis itu seorang SPG yang sedang bertugas berjaga di sebuah acara live-undian. Sang gadis bolak-balik menarik perhatian Jong-soo untuk tetap berada di situ, siapa tau nomer yang dipegangnya memenangkan hadiah.
Dan...
Benar saja. Jong-soo berhasil memenangkan sebuah jam tangan digital berwarna pink. Emm, karena pink, jadi gak mungkin Jong-soo yang pakai kan... Akhirnya setelah mengobrol dengan si cewe SPG ini, Jong-soo memutuskan untuk memberikan jam tangan tersebut untuk cewe SPG yang bernama Hae-Mi ini yang ternyata adalah teman sekolah yang berasal dari desa yang sama dulu.Â
Obrolan mereka berlanjut di sebuah warung sederhana. Yang diobrolin pun hal-hal sederhana. Dari impian, cita-cita hingga apa yang sedang dilakukan saat ini. It's so common, right?