Bismillah,
Saya terinspirasi menuliskan mengenai streetfeeding karena baru-baru ini saya membaca buku Paw Stories yang ditulis oleh Veronica Gabriella. Buku terbitan PT Elex Media Komputindo ini sungguh menginspirasi saya melakukan hal-hal baik kepada binatang liar yang ada di sekitar kita.Â
Kalau boleh flashback beberapa tahun silam, tepatnya ketika saya masih tinggal bersama orangtua, it means, saya belum menikah kala itu, kedua orangtua saya kerap mengusir setiap kucing yang ada di rumah. Bahkan saat mereka sedang tidak melakukan apapun, hanya sekedar leyeh-leyeh atau numpang lewat. Lalu, ketika menikah dengan suami, beliau seratus delapan puluh derajat jauh berbeda dengan didikan kedua orangtua saya yang super sebel sama kucing. Oh iya, alasan orangtua saya tidak suka sama kucing adalah karena kucing sering buang hajat sembarangan. Ibu punya taman yang cantik dengan kembang-kembang mahalnya seperti adenium, anthurium, dan kadaka. Semua tersusun rapih di dalam pot-pot dari yang besar hingga kecil. Saya pernah sekali usil, mengupas ujung daun salah satu tanaman Ibu menggunakan kuku. Ibu tidak marah, hanya karena beliau waktu itu belum tahu bahwa sayalah pelakunya. Ketika saya berkata jujur, Ibu jelas kecewa dengan perbuatan saya yang bak anak kecil.
Sejak saat itu, saya pun ikut sifat kedua orangtua saya, tentu. Kalau ada kucing lewat, cenderung mengusir atau menunjukkan ketidak senangan.
Selain Ibu tidak suka dengan pup kucing yang suka sembarangan, juga kadang muntah dan pipis (menandai wilayah) seenak-enak mereka. Lha wong mereka binatang kaan...?!?
Ibu juga kerap bilang "Jangan deket-deket kucing, banyak kutunya..."
Praktis semua didikan itu melekat erat di benak saya, hingga setelah menikah dan rumah sendiri, pada suatu hari...ada kucing jatuh dari langit. Iya..dari langit-langit rumah, hehhee...bukan langit beneran yaa...
Kucing itu masih kucing kecil yang tak berdaya karena matanya saja belum terbuka sempurna. Dan karena mungkin kucing kecil itu merasa di lingkungan yang tidak aman, sehingga ia panik mengeong dengan kencangnya. Saat itu, jiwa peri-kehewanan saya mendadak muncul. Saya yang tadinya dididik untuk serba bersih dari kucing, seketika itu juga saya luluh dan mencoba merawat si bayi kucing. Bersama anak-anak saya yang ketika itu masih balita, kami berusaha memberikan makanan apa saja yang kami punya. Termasuk memberi susu. Tentu bukan susu kucing, mana tau saya kalau mau kedatangan "tamu mungil" ini. Jadi, saya beri susu bayi anak-anak saya.
Tentu ia menolak. Karena insecure dan sangat ketakutan...
Ketika suami pulang kerja, ia segera mengangkat anak kucing itu ke lantai atas. Lantai atas rumak kami saat itu hanyalah tempat menjemur pakaian. Seketika si bayi di taruh di tempat jemuran, Ibunya langsung menghampiri. Dan menggendong si anak pergi menjauhi kami.
Case closed?
Tentu tidak. Karena anak-anak makin cinta dengan kucing. Sehingga, setiap ada kucing yang lewat di depan rumah, selalu di sapa dan diajak ngobrol. Saya pikir "Normal gak sii...ngobrol sama binatang?"
Ternyata beberapa waktu, saya memergoki suami pulang malam dan malah asik mengobrol di teras rumah. Saya pikir beliau sedang telpon dengan rekan kerjanya. Namun kok lama sekali? Akhirnya saya pun menghampiri. Terkejut saya bahwa suami sudah dikelilingi kucing-kucing liar yang mendengarkan setiap perkataan beliau dengan seksama. Sesekali me-ngeong, tanda paham?
Entahlaah....
Ternyata...banyak manfaat mengajak binatang untuk berinteraksi. Bukan hanya melalui belaian ke tengkuk atau kepala dan badannya, namun juga mengajak mereka berbicara seolah mereka paham apa yang kita sampaikan, hal itu bisa membuat seseorang connecting happiness terhadap binatang. Dan manfaat ini tidak hanya untuk psikologis manusia, tapi juga bagi si binatang itu sendiri.
Stress release.
Kami memutuskan untuk stay connecting happiness with them, tidak hanya yang ada di sekitar rumah kami saja, tapi juga bila kami sedang bepergian dan bertemu dengan kucing liar yang sibuk mencari makanan, maka kami memberikan sedikit makanan kucing kering yang kami taruh di sekitaran kucing tersebut biasa berkeliaran. Misal di sekolah anak-anak, selalu ada 3 kucing kecil yang berbeda karakter. Mereka kelaparan dan selalu senang bila kami membawakan makanan. Jadi, taruh saja makanan di tempat yang bersih, secukupnya, agar mereka bisa makan tanpa harus mengais-ngais sampah.
Dan kegiatan seperti inilah yang diberi nama streetfeeding.
Memberi makanan kepada binatang liar yang berada di luar lingkungan sehari-hari kita.
Kegiatan streetfeeding ini ternyata sudah ada di beberapa daerah di Indonesia. Dan menjadi kebiasaan bagi mereka yang sudah melakukannya. Kalau sehariii saja lupa membawa makanan, maka kucing-kucing liar itu akan menunggu dengan wajah memelasnya. Dan tentu, kita sendiri pun menjadi tidak nyaman karena hari itu belum memberikan makanan.
MashaAllah~
Manfaat streetfeeding :
Memberikan binatang liar makanan yang layak makan
Bisa memberikan dry-food atau wet-food. Tergantung budget masing-masing.
Tidak membuang makanan
Seringkali ketika kita makan di luar, lalu kita merasa tidak habis, maka ditinggalkan begitu saja. Maka, ada baiknya untuk membungkus makanan tersebut dan memberikan kepada binatang liar yang kesulitan makan.
Membuat diri bahagia
Ya, connecting happiness bisa kepada siapa saja kaan...tidak hanya manusia dengan manusia, namun juga bisa manusia dengan makhluk Allah yang lainnya.
Meski kita sudah memberi makan, jangan lupa bahwa para streetfeeder juga wajib memperhatikan ini dalam memberi makanan, yaitu :
Menjaga kebersihan lingkungan
Jangan sampai, makanan yang kita berikan malah membuat sampah dan kotoran di mana-mana.
Berilah makan di tempat yang baik
Tidak hanya melihat kebersihan makanan yang kita bawa, tapi tempat makan binatang liar itu harus diperhatikan. Jangan di tempat yang sekiranya membuat orang lain tidak nyaman. Karena masih ada loo...orang yang gak suka sama binatang liar dan para streetfeeder. Jadi sebisa mungkin untuk mencari tempat yang aman dan bersih.
Segera mencuci tangan atau menggunakan hand-sanitizer bila tidak menemukan air untuk membersihkan tangan.
Karena bagaimanapun, binatang liar tidak kita rawat sendiri, mungkin ada penyakit. Bila memiliki sarung tangan plastik, bisa digunakan saat memberikan makan atau saat mengelus mereka.
Terahir,
Yakin bahwa kucing itu tidak najis. Dan kucing adalah hewan kesukaan Rosululloh .
Kucing itu tidaklah najis. Sesungguhnya kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada di sekeliling kita.
(HR. At Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa'i, Ibnu Majah, Ad Darimi, Ahmad, Malik.
Syaikh Al Albani dalam Irwa'ul Gholil no. 173 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Gimana sahabat K...?
Berniat menjadi streetfeeder juga?
Hayuuk...
Jangan ragu. Tunjukkan kepedulianmu kepada binatang di sekitarmu.
Happy Ramadan
with love,
lendyagasshi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H