Mohon tunggu...
Nalendra Satyatama
Nalendra Satyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Menyelami hikmah dalam semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelas Pertamaku

26 Desember 2023   06:11 Diperbarui: 26 Desember 2023   06:54 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi seorang guru sudah menjadi cita-cita saya sejak SMA. Waktu SD, kalau ditanya cita-cita, selalu berganti-ganti. Menjadi pemain sepak bola, petugas pemadam kebakaran, detektif, wah macam-macam. Semua jelas pengaruh televisi atau bacaan-bacaan. Beranjak SMP, cita-cita menjadi pemain bola makin menjadi. Saat itu, saya sampai ikut SSB (sekolah sepak bola). Di SMA, cita-cita itu berubah dan mengerucut menjadi seorang guru.  Utamanya mengajar di kelas. Bisa guru bisa juga dosen.

Proses pencarian tempat mengajar mulai intensif dilakukan sejak kuliah semester IV. Saya masuk kuliah (kembali) tahun 2001. Sebelumnya pada tahun 2000 sudah diterima di kampus yang sama tetapi beda fakultas. Berarti sekitar awal 2003 saya mulai mencoba untuk mengajar di bimbingan belajar (bimbel).  Saat itu, info lowongan kerja di internet belum zamannya. Info lowongan biasa di koran-koran. Biasanya di harian Kompas tiap Sabtu banyak info lowongan kerja. Selain itu, saya juga mencari info lowongan di mading-mading fakultas atau halte bus kampus. 

Tertujulah mata saya pada satu info lowongan kerja yang tertempel di halte bus kampus. Sebuah bimbel di daerah Depok. Tak jauh dari kampus. Bimbel itu sedang membutuhkan guru bahasa Indonesia. Segeralah saya membuat surat lamaran kerja dan membawanya langsung ke kantor bimbel tersebut beberapa hari kemudian. Saya diterima langsung pemilik bimbel. Seorang wanita yang sedang menempuh pendidikan S2 di kampus yang sama dengan saya, tetapi beda fakultas. Setelah selesai proses tes latihan soal, microteaching, dan wawancara di hari yang sama, saya diterima di bimbel tersebut dan diberikan jadwal mengajar. 

Terwujudlah cita-cita itu pada tangga l 17 April 2003 atau sehari setelah ulang tahun saya yang ke -21. Kelas pertama saya adalah 3 SMP. Durasi 90 menit. Saat itu, persiapan UAN (ujian akhir nasional) dan baru diberlakukan lulus/tidak lulus sehingga persiapan belajar sangat intensif. Jumlah siswa di kelas itu kira-kita tidak lebih dari sepuluh anak.

Kelas pertama saya sebagai guru sekolah terjadi di bulan Februari 2007. Saya sudah lulus kuliah tahun 2005. Setelah malang melintang mengajar di bimbingan belajar, saya mulai mencoba untuk mengajar di sekolah dengan tetap sambil mengajar di bimbel. Diterimalah saya di sebuah sekolah swasta di daerah Tangerang Selatan.  Saya mengajar SMP dan SMA. Kelas pertama saya sebagai guru sekolah terjadi di kelas 1 SMA.  Jumlah siswanya juga tidak terlalu banyak. Kira-kira kurang dari dua puluh siswa di kelas itu. Saya mengajar materi berdasarkan kurikulum 2006. 

Jika dihitung dari kelas bimbel, tak terasa perjalanan menjadi guru baru dua puluh tahun. Sungguh sebuah anugerah ketika saya sudah mencapai di titik ini dengan berbagai pencapaian dan rintangan yang dilalui. Tentu masih banyak hal yang perlu saya pelajari dan selami selama berproses menjalani profesi guru ini karena seorang guru harus tetap belajar walau sudah mengajar. Mengutip nasihat dari Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang mengatakan jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru. Nasihat ini menginspirasi saya untuk mengambil hikmah dari setiap tempat dan orang karena berangkat dari kesadaran bahwa saya masih jauh dari tipe guru ideal sehingga harus terus banyak belajar dan belajar.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun