Mohon tunggu...
Nalendra Satyatama
Nalendra Satyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Menyelami hikmah dalam semesta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Cerita Bahagia dalam Derit Roda Sepanjang Perjalanan Kereta

17 Oktober 2022   22:02 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenangan pertama naik kereta api jarak jauh adalah sekitar akhir '80-an. Kira-kira kelas 1 atau 2 SD. Kami sekeluarga dari Stasiun Pasar Senen menuju ke Semarang.  Ayah, ibu, dan kami bertiga anak-anak. Saya tidak tahu persis stasiun yang kami tuju, stasiun Semarang Tawang atau Semarang Poncol.  Kereta Fajar Utama sudah siap di Stasiun Pasar Senen.  Kami duduk di kelas bisnis.  Entah beneran atau bercanda, ayah kami bilang kereta udah mau jalan. Setelah melewati pemeriksaan tiket, kami berlari menuju ke gerbong yang dituju. Saya ingat waktu itu kami tidak langsung naik, tapi berlari di peron untuk menuju ke gerbong yang dituju. Sebagai anak kecil, tentu saja itu pengalaman yang menyenangkan. Berlari-lari mengejar kereta.

Rute Jakrta-Semarang rutin kami lakukan minimal setahun sekali bersama keluarga.  Pernah satu waktu, kami menaiki kereta Senja Utama. Perjalanan melewati waktu malam. Dulu meja makan  di tiap deret kursi kelas bisnis agak panjang. Hampir setengah kursi. Tidur di bawah meja saat perjalanan malam menjadi sensasi tersendiri bagi saya dan abang saya saati itu.

Yogyakarta adalah tujuan pertama saya menaiki kereta jarak jauh sendirian. Saat itu, lagi liburan naik ke kelas 2 SMA sekitar Juni 1998. Suatu malam, saya mengantarkan ibu ke Stasiun Gambir untuk melakukan perjalanan dinas ke Yogyakarta. Saya katakan ke ibu bolehkah saya ikut berangkat sendiri besok. Ibu setuju. Jadilah, keesokan harinya adalah hari bersejarah dalam hidup saya. Oh ya, saat itu pas lagi  perhelatan Piala Dunia 1998.

Saat menjalani masa perkuliahan awal tahun 2000-an, hampir setahun sekali mengadakan perjalanan ke Bandung. Kebiasaan itu terus berlanjut sampai beberapa tahun kemudian. Jarak yang tidak terlalu jauh dan masih ada saudara di Bandung menjadi faktor pendukung perjalanan saya ke Bandung. Tentu saja, momen melihat pemandangan rute Jakarta-Bandung terlalu sayang untuk dilewatkan. 

Kegemaran naik kereta api terus berlanjut pada momen-momen bahagia dalam hidup saya. Februari 2007, beberapa hari setelah saya menikah, saya dan istri mengadakan perjalanan ke Bandung. Rute Jakarta- Bandung memang sulit untuk dilupakan. Momen tak terlupakan lainnya adalah mengajak anak-anak kami mengadakan perjalanan jarak jauh perdana bagi mereka. Tahun 2014, kami sekeluarga berlibur ke Yogyakarta. Pada tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya anak-anak sudah diajak naik kereta ke Cirebon dan Tegal. Namun, saat itu mereka masih di bawah tiga tahun dan itu pun hanya perjalanan untuk menghadiri resepsi pernikahan.  Sejak perjalanan ke Yogyakarta tahun 2014 itu, perjalanan liburan naik kereta selalu menjadi agenda rutin 1-2 kali dalam setahun. Rute-rute Jawa Barat dan Jawa Tengah masih menjadi piliihan perjalanan kami.  

Satu rute ke Jawa Timur terlaksana juga.  Setahun sebelum pandemi melanda, kami melakukan perjalanan ke Madiun. Kali ini tidak hanya saya, istri, dan anak-anak. Orang tua saya juga ikut serta karena memang tujuan utama kami mengantarkan bapak saya bernostalgia di kampung halamannya di Madiun. Perjalanan siang dari Stasiun Pasar Senen berakhir dini hari di Madiun.  Perjalanan ini juga berkesan karena putra kami yang baru berusia enam bulan juga ikut serta. 

Begitulah, kereta dan keluarga kami seakan ada magnet yang ingin selalu mendekat. Sebagai pecinta kereta, kecintaan ini menurun ke anak kedua saya, seorang putra. Sering kami menghabiskan akhir pekan dalam beberapa bulan sekadar naik kereta Commuter Line ke Bogor, Rangkasbitung, Cikarang, atau Tangerang.  Tak luput juga kereta lokal Purwakarta dengan tujuan Karawang, rumah kakak kami.  Menjelajah rute kereta lokal Merak dan Purwakarta menjadi agenda saya dan putra saya berikutnya.  Tentunya, bersama dengan keluarga, perjalanan jarak jauh ke Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sempat terhenti karena pandemi semoga dapat kami lakukan kembali. Dalam derit roda kereta yang beradu dengan rel, ada kebahagiaan keluarga kami di sepanjang perjalanannya.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun