Menurut Erich Fromm, "Krisis identitas pada remaja muncul akibat ketidaksempurnaan kemampuannya dalam meraih kematangan perasaan akan tanggung jawab." Masa remaja adalah momen paling penting untuk perkembangan akhlak dan moral. Boleh dikatakan, masa remaja adalah masa percetakan kepribadian, masa saat dimana kita sangat menentukan sifat dan perilaku saat dewasa nanti. Misalnya, saat remaja menjadi orang yang pemalas, maka sifat pemalas itu akan semakin berkembang seiring seseorang itu semakin dewasa.
Beberapa tahap perkembangan akhlak dan moral remaja
Tahap Kanak-Kanak, dalam tahap ini, proses kematangan emosi sangat bergantung pada belaian ibu yang terus memenuhi keperluan emosi dan fisiologinya. Hubungan ibu dan anak dalam proses ini haruslah dijaga dan dikuatkan, sehingga anak memiliki keyakinan pada lingkungan dan alam sekitarnya. Pada masa ini, anak mulai dikenalkan dengan pentingnya berperilaku yang baik, mengenalkan ajaran agama pada anak, mengenalkan perintah dan larangan tuhan, dll.
Tahap Pertengahan dan Akhir Kanak-Kanak, di tahap pertengahan dan akhir kanak-kanak ini, seorang anak mulai memperluas arena pergaulan dan hubungan sosialnya dengan orang-orang disekitarnya. Mulai dari saudara, tetangga, teman sebaya, teman sekolah, dll.
Anak juga mulai menyesuaikan diri dengan situasi atau kondisi yang baru dalam hidupnya. Pada masa inilah, permulaan proses pembentukan akhlak yang baik untuk anak. Mengajak anak lebih mengenal agama, melakukan kewajiban sebagai seorang muslim, melakukan sunnah-sunnah nabi, dll.
Tahap Baligh dan Remaja, perkembangan akhlak pada tahap baligh dan remaja ini sudah mulai berakar, sudah mulai kuat dan mantab. Perkembangan ini diikuti dengan perkembangan emosional dan kepribadian yang unik. Pada tahap ini, seorang remaja mulai berubah menjadi manusia yang berupaya mengawal kehendak nalurinya. Ia mulai belajar mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya.
Kesempurnaan perkembangan akhlak berkaitan dengan kesempurnaan perkembangan akal, kejiwaan, dan sosial. Pada masa ini pula, kita harus mulai mengambil peran khususnya dalam segi sosial.
Kalau dulu, saat masih anak-anak, kita hanya bermain dan bermain seolah-olah tidak akan ada masalah apapun, tidak terpikirkan tentang masalah keluarga, masalah kehidupan, dll.
Namun sekarang setelah bertranformasi menjadi remaja, maunya kalau ada masalah langsung terselesaikan, khawatir dan mulai berpikir dan memahami cara menyelesaikan masalah tersebut.
Masa-masa remaja adalah masa yang sangat menyenangkan. Mulai mengenal dunia, masa-masa mencari jati diri. Namun masalah yang kerap dialami remaja yang membuat para remaja menjadi frustasi, putus asa atau bahkan ada yang sampai mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya, yaitu "GAGAL".
Gagal dalam berteman, gagal mendapatkan juara, gagal dalam percintaan, gagal mendapatkan beasiswa dan gagal-gagal yang lain. Tetapi tau nggak sih, kalau dari berbagai bentuk kegagalan itulah jalan kita menuju kedewasaan.
Kegagalan merupakan awal dari kesuksean. Jadi, kalau kegagalan menghampiri kita, jaganlah men-judge diri bahwa kita tidak bisa, merendahkan diri dan putus asa.
Sukses memang kata yang paling indah enak didengar dan indah untuk dibayangakan, namun pahit untuk diraih. Sukses menjadi cita-cita yang pasti tertulis dibenak setiap manusia.
Mulai dari pagi, siang, sore sampai malam, kesuksesan menjadi bahan perbincangaan mulut-mulut penuh optimis. Seolah-olah "jika suatu tempat ada kesuksesan, maka di sanalah manusia berkumpul sekalipin dalam api yang membara."
Langkah-langkah kegagalan pasti diterima sebagai guru kehidupan. Belajar dari kegagalan membantu kita mencapai hasil yang lebih maksimal. Kita bisa menikmati buah dari kesuksean karena kita memupuknya dengan penderitaan terlebih dahulu. "No Pain No Gain".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H