Hampir sebulan saya dibuat pusing dengan anak perempuan saya yang berusia 11 bulan karena dia mendadak GTM alias Gerakan Tutup Mulut.
Semua bermula ketika saya, anak, dan suami berlibur ke Bandung selama 3 hari. Selama 3 hari pula dia menolak makan apapun dan hanya terus-terusan minta nenen alias ASI.Â
Saya pusing bukan kepalang. Liburan yang harusnya dinikmati, malah bikin otak saya berputar terus-terusan, memikirkan makanan apa yang akan dimakan anak saya? Semua jenis makanan sudah dicoba, mulai dari bubur yang disediakan saat breakfast di hotel, makanan restoran, sampai bubur fortif, semuanya ditolak.
Kepusingan saya berlanjut karena atas izin Tuhan saya terkena dampak pengurangan karyawan di kantor. Saya sudah ketar-ketir karena anak saya menolak makan sama saya dan hanya mau makan dengan neneknya. Sementara kalau saya dirumahkan, sudah pasti dia akan saya pegang 24/7.
Ketakutan saya terbukti. Minggu pertama saya di rumah, anak saya hanya kembali tidak mau makan sesuap pun sama saya. Keadaan makin diperparah dengan kesabaran saya yang setipis tisu dibelah 2 dan tak jarang saya bentak atau cubit karena dia benar-benar tidak mau makan meski sudah sambil digendong keliling lingkungan rumah. Alhasil, anak jadi makin mingkem dan tidak mau makan sama saya.
Sadar tidak bisa begini terus, saya cari-cari ibu yang senasib dengan saya di TikTok. Iya, TikTok. Soalnya saya sudah ke DSA dan kurang mendapat jawaban. Saat itu juga satu-satunya yang terpikirkan oleh saya untuk cari jawaban adalah TikTok.Â
Benar saja, setelah cari cara solusi anak GTM, algoritma FYP saya penuh dengan ibu-ibu yang mengalami hal serupa. Ada 2 akun yang menarik, dan semuanya melakukan reset week sebagai solusinya.
Secara harfiah, reset week adalah cara untuk mengatasi anak yang susah makan dengan menerapkan beberapa peraturan. Nah, peraturan ini lah yang bisa jadi cocok-cocokan dengan orangtua lainnya. Intinya, reset week ini dilakukan untuk membetulkan pola makan anak serta membangun bonding dengan orangtua yang sempat hilang.
Saya pikir-pikir, sepertinya cara ini cocok dengan saya. Soalnya saya sempat 'absen' saat jam makannya karena bekerja dan dia lebih paham makan dengan neneknya daripada saya.Â
Sekarang setelah saya di rumah, pasti dia butuh membangun kepercayaan lagi dengan saya, apalagi saya sempat marah dan kasar karena dia tidak mau makan. Tangki cinta anak terhadap saya soal makan nampaknya harus diperbaiki dan dipenuhi lagi.