Mohon tunggu...
Lena Wati
Lena Wati Mohon Tunggu... -

PGSD, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketekunan dan Ketelatenan dalam Memulai Usaha

24 Desember 2015   07:44 Diperbarui: 24 Desember 2015   08:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Memulai usaha memang butuh keberanian. Namun jangan terus ditunda. Sudah banyak contoh perempuan yang memulai usaha dari ketekunan dan keuletannya. Untuk ingin menjadi enterpreneur sejati, yang berperan bukan hanya bakat. Melainkan karena orang itu mudah berinteraksi dengan lingkungannya, “ Keberanian”, masalah keadaan atau minimnya modal sering menjadi masalah utama bagi mereka yang ingin memulai usaha.

Padahal seberapapun besar skala usaha yang ingin dijalankan, bisa dimulai dengan skala yang kecil dengan modal yang ia punya. Intinya itu adalah Jangan malu untuk memulai sesuatu yang besar dari hal yang kecil dan modal yang kecil. Bersikaplah realistis tetap punya kedepan. Masalah lainnya yang sering menghantaui calon pengusaha ialah takut jika bisnisnya mengalami kerugian takut rugi itu, bisa mengacu pada takut modal yang sudah ditanamkan tidak kembali. Takut penjualan tidak sesuai target. Ketakutan tersebut sebenarnya wajar saja karena akan memulai sebuah langkah besar. Justru ketakutan tersebut bisa dijadikan pemicu untuk memulai usaha dengan membuat perencanaan usaha yang matan.

Salah satunya Pak Arif Musrimin dan istrinya bernama Ibu Tri Wahyuningsih adalah pembudidaya Jamur. Beliau tinggal di jalan Tamansiswa Tuntungan Uh III/1054 RT/RW : 44/10 Tahunan Yogyakarta. Beliau ini membudidayakan jamur sejak tahun 2013. Sebelum membudidaya jamur, istri pak Arif ini membuka warung sedangkan pak Arif sendiri menjadi Dosen UGM dan pada tahun 2008 pak arif ini mendirikan yayasan atau LSM.

Beberapa bulan kemudian ibu Tri Wahyuningsih mengalami musibah terkena penyakit kista Kebutalan obatnya dapat ditemui dari kandungan Jamur Ling-zhe dari satu lantas membudidayakan dan mengolah Jamur Ling-zhe. “awalnya hanya untuk konsumsi sendiri”. Tapi kemudian mencoba mengembangkan jamur lain ternyata bisa ada hasilnya,”imbuh Ibu Tri” untuk pemasaran, usahanya itu juga dilakukan sendiri. Beliau sudah mempunyai 25 agen dan Jamur tiram yang beliau kelola itu hampir setiap pagi dijual secara segar disetiap agennya. Sedangkan Jamur Ling-zhe karena untuk khasiat, maka pengolahan diserahkan kepada pihak ketiga yang lebih profesional terutama, jamur bisa dijadikan pengolahan pasca panen jamur seperti kripik, abon, bakso dan nugget. Dan limbah jamur untuk pelihara cacing Lumbricus adalah Bahan Kosmetik, Bahan Obat-obatan. Oleh karena itu, sebenarnya tak perlu keahlian tertentu untuk memulai wirausaha tersebut. Melainkan hanya perlu ketelatenan dan ketekunan. Beliau ini memiliki pengalaman saat kuliah dipertahanan UNS. Beliau ini modal awalnya Rp. 2000.000.00 untuk membeli bibit jamur dan perlengkapannya.

Terkait dengan prospek, jika sudah mampu melihat peluang maka prospek tentu akan terbuka. Permintaan pada agen-agen kini mencapai 1 kwintal perhari. Namun hal itu belum bisa disanggupi karena lahan yang terbatas sehingga tiak menutup kemungkinan usaha yang beliau kelola akan terus berkembang jika terus dilakukan dengan telaten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun