Saat konsumen sering mendengar rekomendasi produk dari orang lain, mereka mulai penasaran untuk merasakan dan membuktikan langsung tentang produk tersebut. Di sinilah konversi terjadi, dengan melakukan aksi pembelian.
Menghindari pemblokiran iklan
Seperti yang kita ketahui, pemblokiran iklan terjadi sekitar 47%, konsumen merasa lelah dengan iklan yang bermunculan dan akhirnya menggunakan software pemblokir iklan.
Kontra Endorsement yang Terjadi
Namun, melejitnya minat brand dan marketer dalam endorsement tentu membuat masyarakat juga berlomba-lomba menjadi seorang influencer atau selebgram.
Berbagai cara dilakukan untuk mencapai tujuan. Yang paling sering dilakukan dengan membeli sejumlah pengikut bodong hingga buzzer komen dan likes untuk tingkatkan engagement.
Brand perlu melakukan riset lebih jauh tentang keaslian dan cara selebgram atau key opinion leader dalam mempromosikan produk sebelum endorsement dilakukan. Karena, perihal ini dapat merusak citra dan nama baik brand.
Penggunaan jalan pintas seperti ini bukan hanya merusak citra dan nama baik brand, namun juga berpengaruh ke ulasan influencer yang sesungguhnya.
Yang berdampak pada pengguna sosial media yang mulai skeptis dengan kejujuran influencer atau selebgram.
Baca juga cara memilih influencer yang tepat.
Belum lagi, strategi ini bukan hanya sekedar menemukan influencer yang cocok. Brand juga harus menjaga relasi dengan influencer.
Relasi ini tentu berpengaruh ke kualitas influencer dalam kerjasama. Seperti halnya jika menjaga kinerja karyawan. Bila karyawan tidak merasa nyaman, bagaimana mereka bisa bekerja maksimal? Jika Influencer tidak memiliki relasi baik dengan brand kamu, bagaimana mereka bisa mempromosikan brand dengan maksimal?
Brand dan Marketer Kewalahan dalam Jalani Endorsement
Banyaknya cara mengukur dan hal yang harus di riset membuat pebisnis kewalahan. Aksi-aksi yang dilakukan memakan banyak waktu. Menjaga hubungan yang baik dengan KOL atau influencer kerap juga menghabiskan tenaga.