Mohon tunggu...
M Nasrulloh
M Nasrulloh Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Edukasi terhadap Tokoh-tokoh Akidah Aswaja

18 Oktober 2023   23:54 Diperbarui: 23 Oktober 2023   09:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa penting? Alasannya bisa dari hal yang paling umum, yaitu supaya para generasi bisa tahu mana tokoh yang bisa diikuti dan mana yang tidak, mana tokoh yang bukunya bisa dijadikan pegangan dan mana yang harus dijauhi. Hingga alasan paling khusus, seperti; mengenal tokoh adalah salah satu kunci memahami kitab mereka dan mengetahui seluk beluk karyanya. kita bisa tahu bagaimana beliau melahirkan sebuah pendapat dan dalil, dengan siapa beliau terpengaruh, dan kenapa beliau menyusun karyanya sedemikian rupa. Misalnya, kenapa pembahasan filsafat dicampur dengan pembahasan akidah dalam kitabnya Imam ar-Razi, Sa'ad atau Imam Adhud, dll, jika saja tidak ada pembahasan samiyat mungkin tak ada bedanya kitab itu dengan kitab-kitab ilmu hikmah. Apa alasan Imam Sanusi begitu keras terhadap orang-orang taklid dalam Akidah Kubranya, sedangkan dalam Akidah Sugra malah lebih toleransi. Apa sebab Imam Haramain mengatakan bahwa hubungan antara premis dengan konklusi adalah lazim akli, lalu kenapa beliau kemudian mengubah pendapatnya. Nah, permasalahan semacam ini tentu bisa dijawab dengan mengenal tokoh-tokohnya, tahu siapa gurunya, siapa saja ulama yang berpengaruh baginya, bagaimana polemik agama di daerah dan di masa hidupnya.

Dengan mengenal mereka, kita bisa tahu bagaimana cara mereka belajar sehingga mampu merumuskan dalil yang begitu akurat dan dapat membuat lawan bicara bungkam seketika. Bagaimana Imam Asy-ary  dan madrasahnya mampu memadamkan pemikiran muktazilah, bagaimana bisa Imam Asy'ary, Imam Bakilani, dll, begitu mudah membantah argumennya Muktazilah, padahal mereka dikenal sebagai kelompok yang sangat ganas saat itu. Bagaimana cara al-Ghazali begitu lihai menyusun argument hinggal para filosof musnah di tangannnya. Apalagi Imam ar-razi dan tokoh-tokoh dalam madrasahnya, mereka tak hanya jenius dalam menguraikan dalil, tapi juga lihai dalam menguraikan syubhat lawan debatnya bahkan lebih hebat dari mereka.

Demikian juga, mengenal para tokoh-tokoh ini adalah bentuk rasa syukur terhadap mereka. Berkat jerih payah mereka, akidah ini bisa bertahan hingga sekarang. Dan jasa mereka tak hanya bagi agama ini, tapi juga bagi dunia, pemikiran-pemikiran merekalah yang menguasai dunia di abad pertengahan dan berhasil meluruskan cara berpikir orang-orang sesat di zaman itu. Ulama-ulama kita ini adalah guru dari gurunya para filsuf Eropa yang kita kagumi dalam cara berpikir dan berteori, sekalipun mereka tak mau mengakuinya.

Lebih dari itu, para tokoh ini pulalah yang seharusnya kita jadikan suri teladan, dalam berakhlak, dalam hal kegigihan saat belajar dan memperjuangkan akidah ini, atau ketabahan mereka atas cobaan, cacian dan semacamnya saat melawan ajaran-ajaran sesat, apalagi penganut pemikiran-pemikiran ekstrim dan didukung oleh kekuatan politik, sehingga membuat mereka harus berpindah-pindah tempat tinggal, difitnah layaknya Imam ar-Razi, bahkan dipenjara seperti Ahmad bin Hanbal. Bukankah selain krisis akidah, umat kita juga krisis terhadap teladan hidup? karenanya, tidak ada sedikitpun alasan bagi kita untuk tidak mengenal mereka.

Selain pengenalan tokoh, edukasi sejarah Aswaja juga sangat penting sekali. Kita tidak mungkin membiarkan para generasi percaya bahwa pembaruan Islam dipelopori oleh Ibnu Taymiah atau Muhammad bin Abdul Wahab, dan arti pembaruan yang sebenarnya bukanlah seperti yang mereka maksud. Tapi, jauh sebelum mereka, bahkan di era Salaf sudah ada para tokoh  yang menjaga akidah ini, seperti Abu Hanifah, sebelum menjadi pemuka mazhab beliau adalah seorang mutakallimin. Kemudian setelah eranya, ada Imam Asy'ary yang memurnikan akidah ini seperti yang diajarkan nabi saw setelah dinodai oleh kaum Muktazilah, inilah yang disebut pembaruan yang sebenarnya.

Penting bagi kita untuk mengetahui periode-periode apa saja yang dilalui akidah ini, siapa tokoh utama di setiap periode dan kelompok apa saja yang menjadi lawannya. Mulai dari masa Imam Asy'ary dan murid-muridnya sebagai pengasas yang sukses menumbangkan Mu'tazilah, Khawarij, Jahmiah, dsb. disusul ke masa Abu Bakar Bakilani, Abu Ishak Isfiraini. Kemudian masanya Muhammad al-Juwayni (Ayahnya Imam Haramain), dilanjutkan oleh Imam Haramain yang banyak melahirkan tokoh-tokoh terkemuka. Hingga tiba ke periode kejayaan, di saat-saat banyaknya muslim yang tertarik mempelajari filsafat Yunani dan menyebabkan lahirnya banyak filosof dalam Islam, di masa inilah lahirnya sosok al-Ghazali yang membasmi habis mereka. Kemudian Setelah itu dilanjutkan oleh imam ar-Razi dan madrasaahnya. Dsb.

Dari sejarah ini, kita bisa tahu bahwa akidah kita adalah mayoritas di masa lampau dan bisa menjadi solusi dalam islam, bahkan dunia. Sejarah menjadi saksi, para pejuang Asya'irah telah berjaya menumpas kelompok-kelompok nyeleneh yang pemikirannya jauh lebih kuat dari syubhat yang ada di era sekarang. Lewat sejarah terbukti, bahwa akidah kita tersebar bukan karena politik atau melalui tangan penguasa, tapi memang karena kekuatan dalilnya.

Oleh sebab itu, Mengenal dan memperkenalkan tokoh akidah Aswaja dan sejarahnya tentu bisa menjadi salah satu sarana paling efektif  untuk menguatkan kembali akidah Aswaja. Ya, Sama halnya dengan menciptakan rasa nasionalis dan patriotis bagi generasi, perlunya mengedukasikan sejarah kegemilangan bangsa pada mereka dan mengenalkan para tokoh pahlawan serta kisah heroiknya, dengan begitu nasionalisme mereka akan kuat, mereka jadi tau identitas mereka, sikap superiority komplek dan kesadaran terhadap tanggung jawab berbangsa akan bangkit. Tak berbeda, dalam berakidah juga demikian adanya.

Nah, caranya bisa bermacam-macam, mulai dari menulis artikel, menyediakan buku-buku akidah, juga buku-buku yang menulis sejarah dan tokoh-tokonya di segala institusi pendidikan, terutama di dayah-dayah. Atau memasukkan pembahasan ini dalam buku-buku kurikulum sekolah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun