Mohon tunggu...
M Nasrulloh
M Nasrulloh Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keutamaan Penisbatan kepada Ulama

11 Oktober 2023   20:25 Diperbarui: 12 Oktober 2023   07:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menisbahkan sesuatu kepada sumbernya

Didalam islam ilmu sangat erat hubungannya dengan agama, maka hendaknya orang yang menuntut ilmu berakhlak dengan akhlak islam; jujur dan ikhlas. Diantaranya adalah menisbahkan perkataan atau faidah yang kita peroleh kepada yang memberikannya.

Syekh Ibnu 'Allan di dalam Fathul Fattah Fi Syarhil Iydhoh menyebutkan cerita yang diriwayatkan dari beberapa masyaikh, bahwa syekh Khatib Syarbini sering menghadiri majelis syekh Syams Ramli, anak dari gurunya yaitu syekh Syihab Ramli, padahal Syekh Khatib lebih senior dari syekh Syams Ramli, sebagai bentuk loyalitas terhadap gurunya yang telah wafat.

Suatu kali syekh Ramli di darsnya menyampaikan suatu permasalahan dalam kitab haji yaitu apabila orang yang sedang ihram meminyaki satu helai rambutnya atau setengah saja maka sudah dikenakan dam kamil (mukhayyar muqaddar).

"Siapa yang mengatakan demikian?" tanya syekh Khatib. Lantas syekh Ramli menjawab "Aku".

Mendengar jawabanya syekh Khatib langsung berdiri dari majelis itu seraya berkata : "Telah hilang keberkahan darsmu wahai Muhammad semenjak kata "keakuan" sudah datang.

Setelah menuliskan cerita ini syekh Ibnu 'Allan berkomentar : "Berdirinya syekh Khatib bukan karena syekh Ramli salah dalah hukum melainkan karena kata-kata yang disampaikan (yang seharusnya dinisbahkan kepada ulama) dan mungkin ada maksud tersembunyi didalamnya.

Dua sifat terpuji yang dapat kita tarik :

- Menisbahkan suatu perkataan kepada yang mengatakannya

- Merasa tidak berhak dihormati dan dinisbahkan setelah memberikan faidah

Beberapa keutamaan menisbahkan perkataan kepada ulama :

1. Bentuk kejujuran dan kesyukuran pada ilmu

Sufyan ats-Tsauri : "Sesungguhnya menisbahkan faidah kepada yang memberikannya adalah suatu bentuk kejujuran dan kesyukuran dalam ilmu, dan sebaliknya yang tidak menisbahkan adalah suatu bentuk pembohongan dan pengingkaran dalam ilmu"

2. Adalah suatu keberkahan

Ibnu Abdil barr : "Diantara bentuk keberkahan ilmu adalah menyandarkan sesutu kepada yang mengungkapkannya"

3. Mendoakan orang yang memberikan faidah dan bersyukur

Muhammad Abdul Malik : 

"Jika seseorang memberimu faidah ilmu, maka hendaklah selalu bersyukur kepadanya

Katakanlah -fulan jazahullahu shalihah- semoga si fulan dibalasi dengan yang baik, karena telah memberikan saya faidah, dan buag jauh-jauh sifat sombong dan hasad"

4. Tanda ilmu bermanfaat 

Nawawi : "Diantara nasehat adalah : Menyandarkan suatu faidah yang dianggap asing keapada yang mengucapkannya. Siapa yang melakukan hal itu maka akan diberkahi ilmu dan keadaannya, dan barangsiapa yang mengesankan pendapat orang lain seolah-olah adalah dari dia, maka ilmunya justru tidak bermanfaat dan tidak diberkahi dalam keadaanya. Orang-orang yang berilmu dan berbudi luhur terus menyandarkan faidah kepada orang yang mengatakannya. Kita selalu memohon kepada Allah taufiq.

5. Merendah diri walaupun telah memberi faidah kepada orang lain

Ayub bin Mutawwkil : "Imam Khalil al-Farohidi apabila memberikan faidah kepada seseorang, beliau tidak memperlihatkan beliau yang memberikan, namun kalau beliau yang dapat faidah dari seseorang maka beliau akan menyebutka bahwa beliau mendapatkan faidah dari si fulan itu"

Imam Syafi'i sangat agung akhlaknya, peletak kaidah-kaidah ushul fikih, yang mula-mula mentaqrir tentang nasikh hadist dan mansukhnya dan mujtahid mutlak, namun demikian beliau masih mengatakan :

"Seandainya orang-orang mengambil ilmu dariku saya ingin agar tidak dinisbahkan kepadaku"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun