Mohon tunggu...
Leman Bens
Leman Bens Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kontak Pribadi Twitter @lemanbens Email lemanbens21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Penjelasan KSPMI Soal Naiknya Elpiji 12 Kg

6 Januari 2014   14:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PT.Pertamina (Persero) pada awal tahun (2014) menaikan harga elpiji ukuran tabung 12 kg Non Sunsidi,kenaikan ini menurut Pertamina,Karena PT.Pertamina (Persero) mengalami kerugian Rp 5,7 T pada tahun 2013.

Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober 2009 yaitu Rp 5.850 per kg, sedangkan harga pokok perolehan kini telah mencapai Rp 10.785 per kg. Dengan kondisi ini maka Pertamina selama ini telah  'jual rugi' dan menanggung selisihnya sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp22 triliun dalam 6 tahun terakhir.

Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) Faisal Yusuf Rasyid
Keputusan menaikkan harga LPG 12 KG Non Subsidi karena tingginya harga pokok dan turunnya nilai tukar rupiah yg mengakibatkan rugi besar,Konsumsi harga LPG 12 KG Non Subsidi tahun 2013 mencapai 977 rb ton, HP USD873 sehingga rugi 5.7T.

"Sementara harga yang berlaku sekarang ditetapkan Oktober 2009 Rp 5.850, dan harga pokok saat ini 10.785 per kg,Struktur cost saat ini, Rp 10.500 per kg, BB 89.61%, FrC 4.6%, Penyimpangan  3.73%, Depr 1.06%, Asuransi 0.03% dan Pemeliharaan Tabung 0.97%" Kata Faisal Yusuf di akun twitternya @faisalyusra,Senin (06/01/2014).

Akibat selisih Harga Pokok Perolehan yang tidak naik-naik harga jualnya ajk 2009, kumulatif kerugiannya 22T,Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan ini adalah kerugian negara sehingga harus  dikoreksi. Ses Permen ESDM 26/2009, Pertamina sudah laporkan usul kenaikan ke Menteri ESDM (Jero Wacik).

Faisal melanjutkan,Meskipun BEP Rp 10.500 per KG, rencana kenaikan di 1 Januari 2014 hanya Rp. 8.444 per KG. Masih jual rugi.Angka kenaikan dianggap besar karena membandingkan harga jual lama sejak 2009 Rp 4.944 menjadi 8.444. Penjelasan rinci soal angka by request(sesuai permintaan) ya.

Penguasaan Blok Migas ke Perusahaan negara sangat mendesak, karena PT.Pertamina(persero) hanya kelola 15 persen migas Indonesia,Memang semua blok migas milik negara tetapi kalau dioperasikan asing 85persen, ketahanan negara sangat ringkih.

"jangan sampai sejarah berulang ketika kenderaan dan alat transportasi tempur Indonesia utk rebut Irian Barat dulu mangkrak di Makassar,karena tidak dapat bahan bakar dari Shell sebagai satu-satunya sumber. Mana mungkin Shell beri untuk serang Belanda di Irian Barat,Oleh karena itu wajib serahkan semua blok dimulai yang akan habis kontrak seperti Mahakam dan Siak ke Pertamina dan Kita lakukan Nasionalisasi Migas scr alamiah dan bertahap" Tegasnya

"jadi , Pekerja Pertamina yang kelola LPG adalah profesional sehingga menjadi  menyakitkan kalau dikatakan semua ini permainan politik,Pekerja Pertamina siap sama-sama memperbaiki perusahaan asal integritas dasarnya. tidak ada udang di balik rempeyek" Ujarnya.

Menurutnya Berapa rezim direksi bertempur sehingga pekerja dalam wadah FSPPB sampai lengaer soal GCG. Masyarakat  hanya menonton. Mana tuh yang merasa paling jujur,Begitu juga saat FSPPB gugat Pemerintah tentang liberalisasi pasar migas ke MK, hanya segelintir yang dukung. "Yg ribut di twitter ini kemana?" tanyanya.

"Di Saat MK putuskan tolak gugatan Pekerja  Pertamina dan nyatakan Bisnis Hilir tms LPG adalah bisnis biasa dimana suara kalian" Lanjutnya.

Oleh karena itu, jangan menghujat berlebihan dan katakan pekerja Pertamina "RAKUS". Anda belum tentu lebih berkontribusi kepada rakyat"Pekerja Pertamina tdk lelah berjuang membangun kedaulatan migas dg NASIONALISASI,Tapi kalau tidak ada permainan yang terlihat, jangan intuisi. karena kami juga geregetan orang nicara Petral, MR dll. Ayo bawa saja ke KPK,"sambungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun