Selanjutnya aku mengajak suamiku ke dapur, untuk melihat keadaan di sana.
Kemudian aku lari ke kamar anakku dan langsung  bertanya,
"Nak, tadi waktu kamu ke belakang, melihat kompor menyala?"
"Iya", jawab anakku singkat.
" Kenapa kamu tidak mematikannya?" Â
"Jadinya kebakaran tu" sedikit aku menyakahkannya.
" Aku ya tidak tahu kakau ibu lupa" jawab anakku
"Iya jaga ya" kataku singkat.
Aku keluar diikuti oleh anakku. Kemudian anakku bertindak ambi air di ember dan menyiramkan ke arang  yang  masih menyala. Akhirnya semua  padam, dan gas yang masih terhubung  selang segera disingkirkannya.  Akupun bersyukur  punya anak lelaki pemberani, padahal aku melarangnya untuk dekat - dekat dengan TKP.
Dari kejadian yang merupakan akibat  dari sebuah kelalaian, membuat aku tetap mensyukuri nikmatnya. Alhamdulillah aku diberi lalai, Alloh langsung mendengar doa pintaku agar diberi waktu untuk kembali ke dapur hitam. Aku bisa kembali berdamai dengan alam. Mulai memungut kayu bakar yang berserakan.  Yang selama ini aku abaikan keberadaanya,  ibarat sampah tak berguna. Sungguh sebuah kelalaian juga, aku telah meninggalkan  sesuatu yang bermanfaat dalam keberlangsungan hidupku. Di sisi lain, sangat bersyukur kebakaran hanya di TKP saja, tidak merembet ke atap atau benda - benda lain di dapur. Dan bersyukur lagi, kompor juga tidak meledak,jadi seperti tidak terjadi apa - apa.
Yaa Alloh, Engkau telah bertindak sedemikian  cepatnya, sehingga akupun harus bertindak cepat untuk selalu mengingat hal - hal kecil yang bermanfaat.
Aku bersyukur, telah diingatkan, bahwa sesuatu yang besar berawal dari hal kecil. Â Bolehlah manusia berobsesi pada sesuatu yang besar, namun harap TETAP memperhatikan yang kecil. Inilah hikmah yang dapat aku petik, BERSYUKUR DALANM KELALAIAN.
Semoga bermanfaat  dan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H