Bersyukur Dalam Kelalaian, Petik Hikmahnya
Halo sahabat - sahabat
Memang tempat kita berjauhan, namun tak mengurangi rasa cinta persahabatan  yang murni.
Para sahabat, berbicara masalah tempat, aku yang berada di desa yang sepi, memiliki cerita yang menarik. Menarik jika ditelusuri lebih dalam, berkaitan dengan rasa syukur. Berkaitan  dengan hal - hal kecil, yang tidak boleh dilupakan, yang telah turut  membesarkanku atau kita
Suatu hari aku menengok ke  rumah dibagian belakang, atap dan dindingnya yang menghitam, semakin merana dengan sarang laba - laba dan ramat - ramat yang memenuhi ruangan. Aku begitu nelangsa, dulu tempat ini selalu hangat, dari pagi buta sampai malam menjelang. Tempat aku menyiapkan menu - menu istimewa buat keluarga tercinta. Terbersit dalam pikiranku, untuk kembali bercengkrama dengan dapur hitamku. Memanfaatkan kayu bakar yang berserakan, hanya menjadi makanan empuk rayap - rayap tanah. Ya Alloh berilah kesrmpatan waktu untuk bisa kembali ke alam yang selama ini telah menemaniku. Begiti doa pintaku. Tapi kapan waktu itu akan tiba?
Aku yang hidup di desa, bukan berarti tak punya kesibukan lain yang menyita waktu. Karena alasan kesibukan itulah, dapur hitam aku tinggalkan, dan aku beralih ke dapur bersih yang berada di ruangan lebih depannya lagi. Dapur bersih identik dengan penggunaan kompor gas atau kompor listrik sebagai  sarana dan prasarana yang memudahkan untuk masak memasak.Suatu malam sehabis maghrib, aku menghidupkan kompor gas untuk merebus air. Air buat persediaan air minum, karena air minumpun aku selalu merebus sendiri. Karena jarang sekali aku menyediakan air mineral dari pabrik. Air yang kurebus agak banyak nih, jadi aku tinggal dulu ke depan.
Ke ruang keluarga aku menuju, di sana semua bebas, mau tiduran di atas kasur ya boleh, mau duduk dikursi juga bisa. Atau mau membaca juga ada meja bacanya. Walau ala - ala desa, Â yang penting semua nyaman disitu. Terus aku duduk di atas kasur sambil iseng buka HP. Diantara chat yang masuk, mengingatkanku pada tugas yang belum kuselesaikan. Maka akupun membuka laptop kesayanganku. Dengan asyiknya aku mengerjakan tugas, dan masih tetap di atas kasur.
Malam semakin larut, tugas belum kuselesaikan juga. Akupun lupa jika di belakang kompor masih menyala. Sampai ada aroma masakan menyengat, aku belum ingat juga. Ada suara gedubrak dari arah belang, aku hanya mengira itu adalah perbuatan kucing  menabrak sesuatu karena sedang berkejar - kejaran untuk meluapkan hasrat cintanya.
Aku melihat tanda waktu, ternyata sudah melewati tengah malam. Aku ingin sesuatu yang hangat - hangat. Aku melangkah ke dapur untuk membuat susu hangat. Sesampainya di dapur, aku hanya bisa mengucap" Astaghfirullohal 'adzim", kok jadi begini? Kompor beserta tempatnya dan bumbu- bumbu- bumbu ditempat yang sama, semua sudah jadi arang.
Sontak aku lari ke kamar menemui "sayangku" yang sudah mulai terlelap
" Sayang.. sayang... sayang^ Â kataku membangunkannya.
"Ada apa?" jawab suamiki pelan
"Tadi Sayang waktu terakhir ke belakang, melihat sesiatu apa tidak?"
"Di dapur maksudnya"
" Tidak, aku hanya ke kamar kecil"