Mohon tunggu...
Lely Suryani official
Lely Suryani official Mohon Tunggu... Guru - Guru SD
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya terlahir dengan nama LELY SURYANI. Saat ini saya sebagai guru di SD N 1 Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, Kode Pos 53475

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahkota Syurga untuk Ayah Dan Bunda

6 November 2022   00:18 Diperbarui: 6 November 2022   00:49 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Di Madrasah Aliyah

MAITSA DHIYA NABILA WIJAYA TRISYANI, adalah nama anakku yang ke 4 dari lima bersaudara.  Saat ini Maitsa atau Nabila sedang mengenyam pendidikan di tingkat aliyah kelas 12. Tepatnya di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Dan dipastikan setelah lulus dari aliyah ini,Maitsa belum bisa memasuki dunia perkuliahan karena harus menjalani masa pengabdian satu tahun, di pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas tersebut.  

Maitsa yang masuk ke pondok Pesantren tersebut dan menjadi pilihan terakhir setelah mengadakan survey ke berbagai pondok pesantren. Hal ini mengingat menimbang bahwa pondok pesantren Miftahussalam selain berada di jalur utama juga relatif dekat dari rumah. jika perjalanan lancar hanya memerlukan waktu tempuh maksimal setengah jam saja.

Selama tiga tahun Maitsa selain mengikuti pendidikan formal MA, juga mendalami tahfidz Qur an. Alhamdulillah sebelum genap 3 tahun, Maitsa sudah mampu setor hafalan Alquran sampai 30 juz. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa, mengingat juga sewaktu di tingkat Tsanawiyah, terkesan lambat sekali hafalannya. tercatat hanya mampu mencapai 10 juz saja. 

Dengan Pencapaian tersebut, bukanlah hal mudah dalam mencapainya. Butuh suatu perjuangan dan komitmen yang kuat.Termasuk dari orang tua, juga diperlukan usaha extra untuk turut mewujudkan hal tersebut. Baik extra dalam pelayanan, maupun extra dalam berdoa. Setiap saat  Maitsa membutuhkan sesuatu, dengan sigap orang tuanya langsung berusaha memenuhinya, sepanjang kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang menunjang kehidupannya di pondok pesantren. Demikian juga dalam berdoa, se istiqomah mungkin agar Maitsa dimudahkan urusan dan hafalan Al qur annya.

Pada awal masuk ke pondok pesantren Miftahussalam ini, memang belum ada program tahfidz khusus, dan masih berupa extra kurikuler saja. Namun kami berfikir, biarpun hanya extra kurikuler saja, namun jika diniatkan dengan sungguh - sungguh, In sya Allah akan membawa keberhasilan juga. Dikarenakan juga dari beberapa pondok yang telah kami datangi, kebanyakan program tahfidznya hanya extra kurikuler saja. Maka ke pondok pesantren Miftahussalam adalah pilihan yang tepat.

Tanpa diduga, baru beberapa hari masuk ke pondok, ada pemberitahuan lewat grup Wa pondok, bahwa saat itu sedang diadakan seleksi tahfidz Qur'an bagi santriwan dan santriwati baru. Dari tingkat tsanawiyah dan tingkat aliyah, masing - masing diambil 10 anak putra dan putri yang  terbaik hafalannya.

Betapa gembiranya hatiku, melihat Maitsa juga ada dalam deretan foto di grup WA, yang diambil ketika anak - anak mengikuti seleksi tahfidz. Sampai aku bertanya panjang lebar kepada ustadz dan ustadzah yang ada di grup tersebut. Sampai tiba saat pengumuman, Maitsa juga lolos seleksi. Namun dari Jenjang Tsanawiyah, anka - anak yang telah dinyatakan lolos seleksi tahfidz, semua mengundurkan diri. dan akhirnya diambil dari siswa Aliyah semua.

Beberapa hari setelah pengumuman tersebut, kami para orang tua yang anaknya lolos seleksi diberitahu secara khusus lewat WA pribadi. Kelanjutan dari pemberitahuan tersebut, para orangtua diundang untuk mengikuti rapat yang akan membahas keberlanjutan program Tahfidz yang merupakan program baru tersebut.

Pada hari yang telah ditentukan, rapat diadakan secara khusus, hanya diikuti oleh pihak pondok dan para orang tua yang anak - anaknya lolos seleksi saja. Disampaikan oleh Kyai pengasuh pondok bahwa, selain para santri bertempat di tempat khusus yang terpisah dari pondok utama, juga para orang tua untuk menandatangani surat perjanjian yang isinya adalah setelah lulus program tahfidz dan program sekolah formal aliyah mereka harus mengikuti masa pengabdian satu tahun.

Kami para orang tua setuju - setuju saja dengan perjanjian tersebut. dan pada  hari itu juga para orang tua diajak untuk melihat calon tempat tinggal para santri tahfidz. kami membawa barang - barang milik anak masing - masing semampunya saja. Selebihnya barang - bang yang belum terbawa akan diangkut oleh kendaraan menuju tempat yang baru.

Setelah sampai dirumah yang dimaksud, memang rumahnya adem, dekat dengan persawahan dan jauh dari bisingnya kendaraan. jadi sangat cocok untuk tempat tinggal anak- anak yang harus berkutat menghafalkan Al Qur'an setiap saat.Ini suasana di pondok putri, untuk suasana di pondok putra tidak jauh berbeda, walaupun jarak nya lumayan jauh.

Di tempat ini hanya berjalan dua tahun, menginta di tahunke tiga, jumlah santri wati program tahfidz akan bertambah 10 anak lagi. Jadi memerlukan tempat yang lebih luas dan kondusif. Pilihan jatuh kepada sebuah rumah besar yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Selain berada di jalur jalan desa, banguna tersebut sangan tinggi, jadi mengurangi kepengapan di ruang - ruangnya.

Ditempat inilah sebagai saksi bisu keberhasilan Maitsa dalam menunjukkan kemampuannya sebagai penghafal Alquran yang mumpuni. Betapa tidak ? dengan waktu kurang dari 3 tahun sudah bisa khatam setoran hafalan 30 juz. Selanjutnya tinggal murojaah secara istiqomah, sehingga hafalannya bisa mutqin. apalagi ada tambahan waktu satu tahun dalam pengabdian, yang senantiasa bisa melanjutkan hafalannya sambil menyimak dan menerima setoran hafalan dari  adik adik kelasnya, yang saat ini ada 20 anak, dan akan bertambah 10 anak lagi dari siswa baru.

Dengan adanya pengabdian ini, akan menambah tantangan dan beban tanggung jawab  yang harus diembannya. Semoga saja dalam menjalani amanah ini, Maitsa bersama teman - temannya  bisa melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan akan diberi kemudahan dan kelancaran.. Hanya dengan niat yang lurus dan hanya mengharap ridho dari Allah SWT, kewajiban ini dapat berjalan dengan lancar. semoga Maitsa dan teman - teman bisa menjalaninya dengan sebaik - baiknya. Aamiin...

Masa Di Madrasah Tsanawiyah

Sebelum masuk ke Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas, Maitsa bersekolah di Pondok Pesantren Modern Andalusia Banjarnegara. Belajar di pondok pesantren ini, Maitsa berhasil lulus dengan nilai memuaskan. Terbukti dengan mengantongi hadiah 3 juta rupiah. satu mata pelajaran 1 juta rupiah, berarti Maitsa berhasil memecahkan rekor tertinggi dalam 3 mata pelajaran. 

 Pada awal pendiriannya, Pondok ini khusus untuk anak yatim / dhuafa, namun karena adanya program tahfidz yang sangat menggiurkan jadi  pada tahun kedua atau tahun ketiganya, pondok pesantren dibuka untuk umum juga. Maitsa termasuk angkatan pertama dalam kategori umum atau nao yatin dhuafa. walaupun dibuka untuk umum, pondok ini tetap membuka kesempatan bagi para anak yatim /dhuafa yang berprestasi untuk turut belajar dengan gratis.

Di tahun pertama, terasa berat sekali bagi Maitsa  untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di pondok. setiap ada masalah datang, kami harus datang memberikan penguatan - penguatan dan kekuatan kepada maitsa agar bisa tenang dan menghadapi segala cobaan yang datang dengan lapang dada dan ikhlas. biasa saja, masalah dengan teman, masalah pelajaran, masalah makanan yang tidak cocok, semua datang silih berganti. Apalagi pada awal masuk, belum ada jasa laundry, maka Maitsa harus mencuci sendiri, padahal jadwal padat sekali. hal ini juga memicu masalah. bau. maka mau tidak mau , hampir setiap minggu kami harus ke pondok mengambil pakaian kotor dan menggantinya dengan pakaian - pakaian yang sudah bersih, jadilah kami laundry berjalan. 

Pada pertengahan tahun kelas 7 Mts, sewaktu kami menghadiri pengajian rutin wali santri, Maitsa menyambut kami dengan tergopoh - gopoh.  matsa langsung memeluk kami.

" Ibu, ibu, maitsa ingin memakaikan mahkota surga pada ibu dan ayah" kata Maitsa sambil menangis.

' Aamiin, aamiin, aamiin, Ya Allah " ucap kami sedikit keberanian.

" Ayo- ayo kita duduk di masjid dulu ya" kata kami mengajak Maitsa untuk mengakhiri pelukannya.

Selanjutnya kami berempat menuju masjid di depan pondok, karena kebetulan juga,pengajian belum di mulai. Di dalam masjid, kami masih melanjutkan perbincangan terkait mahkota surga.

Hey, tadi kamu mengatakan mahkota surga, maksudnya bagaimana itu? " tanya ibu Maitsa kepada Maitsa penuh penasaran.

" Begini bu, kemarin baru ada kajian tentang mahkota surga. Kata ustad seorang hafidz / hafidzah, akan memakai jubah kebesaran, selain itu juga akan memakaikan mahkota kepada kedua orang tua. Dan juga seluruh saudara - saudaranya bisa masuk surga bersamanya." begitu penjelasan Maitsa.

" Ooo, begitu ya? jadi Maitsa sudah tahu semua itu? tanya ibu Maitsa.lagi

" Iya begitu kata ustad kemarin " jawab Maitsa.

" Nah karena Maitsa sudah tahu, maka sekarang tinggal memantapkan cita - citanya untuk menjadi seorang penghafal Al qur an" kata ibu Maitsa.

" Kata ustad juga harus sering - sering diperbaharui niatnya dan luruskan niat hanya mengharap ridho dari Allah SWT" kata Maitsa 

" Yaa Alloh, Pintar sekali kamu sekarang nak " kata ibu Maitsa bangga.

Sejak saat itu memang perkembangan Maitsa terus menanjak, walaupun belum bisa mencapai setoran hafalan 30 juz. Semua sangat kami maklumi, mengingat Maitsa dari kecil memang tidak/ belum dibekali dengan ilmu - ilmu hafidz. Ngajinya juga sama seperti anak - anak desa kebanyakan, hanya di masjid dekat rumah. beberapa bulan menjelang masuk MTs, memang sempat mengaji di pondok di desa sebelah. Namun juga, pengajian di pondok tersebut bukan khusus mengaji tahfidz, tapi mengaji ilmu - ilmu agama Islam pada umumnya.

Masa Kecil dan  Masa di Sekolah Dasar

Ada cerita menarik sewaktu Maitsa  dilahirkan, karena hari lahirnya sama dengan ibunya, maka menurut adat, anak tersebut harus dibuang.  Malam itu juga, setelah beberapa saat Maitsa lahir, bapaknya Maitsa membawa  bayi di atas ikrak dan di taruh di depan pintu rumah. Tante Maitsa yang sedari sore ikut begadang menunggu Maitsa lahir, segera mengambil bayi maitsa dengan penuh suka cita.Maka sejak saat itu Maitsa menjadi anak nya tante secara adat.

Semenjak lahir hingga menapaki hari - harinya, Maitsa memiliki rambut yang berbeda dengan yang lain. Ada yang mengatakan itu rambut brekele, ada juga yang mengatakan rambut jimbrong. Intinya, jika tidak diikat, rambut tersebut mengemang sekali dan berikal - ikal lembut.  Perbedaan ini merupakan kelebihan fisik yang dimiliki oleh Maitsa , selain lesung pipitnya.

Masa kecil Maitsa sampai lulus Sekolah dasar, dijalankan di desa yang sama. Ke sekolah juga hanya beberapa menit berjalan kaki saja. Maitsa selalu ranking 1 di kelasnya, sampai penerimaan ijazah. Dengan nilai yang tinggi, Maitsa punya kans untuk diterima di SMP manapun, namun pilihan jatuh pada Pondok Pesantren Modern Andalusia Banjarnegara, dengan pendidikan formal di dalamnya yaitu Madrasah Tsanawiyah.

Masa - Masa Indah Khatam Setoran Hafalan Al Qur an

Dengan berbekal pengalaman  setoran hafalan al qur an sewaktu di Mts, maka Maitsa sudah mengetahui trik trik terbaiknya. Selain itu dorongan dari para ustadz dan ustadzah, juga support dari teman - temannya yang selalu setia. Apalagi teman - teman dari alumni Ponpes andalusia, yang notabene satu perjuangan  sebagai penghafal al Qur an. namun demikian doa orang tua yang selalu tiada berhenti, memberikan energi tersendiri bagi Maitsa. 

Belum genap 3 tahun. Maitsa telah mengkhatamkan setoran hafalannya. walaupun di urutan kedua, namun dianggap yang pertama, karena yang khatam pertama, dari MTs sudah mengantongi sertifikat lulus hafalan 30 juz. Berbeda dengan Maitsa yang dari MTs hanya mampu setor hafalan 1o juz. 

Sebuah surprise di waktu sore hari lewat grup WA wali santri, tiba - tiba ustadz mengunggah foto Maitsa dengan ucapan Selamat  telah berhasil mengkhatamkan Al Qur'an 30 juz. Bagai tertimpa durian runtuh,  saya langsung sujud syukur mendengar  berita mendadak ini. Sebelumnya hanya diberi kabar oleh ustadzah pengasuh bahwa Maitsa akan  menyetorkan hafalan terakhirnya, dalam artian akan khatam. 30 juz .Beliau ustadzah minta doa restunya agar Maitsa diberi kelancaran setorannya.

Penutup 

Berdasarkan hal tersebut, semoga Maitsa bisa menjaga hafalannya,bisa  murojaah secara istiqomah. Serta cita - citanya ingin memakaikan mahkota surga kepada ayah bundanya dapat tercapai dengan baik. Saat ini anakku sedang menjalani masa pengabdian dipondoknya. semoga dilancarkan dan bisa menambah wawasannya dalam  pengasuhan santri dan ilmu pendidikan serta pembelajaran di pesantren.

Demikian yang dapat saya ceritakan kepada para pembaca yang budiman. Semoga cerita saya ini dapat diambil manfaatnya dalam pendidikan anak, Mohon doa restunya semoga anak kami, Maitsa Dhiya Nabila Wijaya Trisyani selalu diberi kemudahan dan kelancaran hidupnya dalam kebaikan- kebaikan. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun